Dinamika Pasar Kripto: Bitcoin, Bursa AS, & Kebijakan Trump

Grafik kompleks menyoroti fluktuasi harga Bitcoin dan pasar kripto global, serta kinerja bursa saham AS yang menguat.

Minggu terakhir bulan Oktober 2025 menjadi periode yang penuh dinamika bagi pasar aset digital global, termasuk di Indonesia yang tak luput dari riak-riak sentimen internasional. Setelah awal minggu yang cenderung lesu dengan penurunan harga Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan, perhatian investor dan pengamat bergeser cepat seiring munculnya berbagai kabar signifikan. Mulai dari spekulasi mengenai pengampunan Changpeng Zhao (CZ) hingga gebrakan politik Donald Trump yang kembali menggaungkan namanya di ranah aset digital, setiap peristiwa memiliki potensi untuk menggerakkan pasar.

Di satu sisi, pasar saham Amerika Serikat menunjukkan performa yang sangat impresif, menutup minggu dengan lonjakan signifikan yang membawa optimisme. Namun, di sisi lain, Bitcoin dan kapitalisasi pasar kripto global yang sempat berkutat di angka sekitar $3,8 triliun, masih menunjukkan keragu-raguan untuk mengikuti jejak reli pasar saham. Situasi ini memunculkan pertanyaan menarik: mengapa ada disparitas antara pasar finansial tradisional dan aset digital, dan apa yang bisa kita pelajari dari interaksi keduanya?

Dinamika Pergerakan Bitcoin dan Faktor Pendorong Pasar Kripto

Perjalanan harga Bitcoin di minggu ini layaknya roller coaster, bergerak dari awal yang lesu pada hari Senin menuju pemulihan yang perlahan menjelang akhir pekan. Setelah kabar mengenai potensi pengampunan CZ beredar, token BNB sempat menunjukkan lonjakan sesaat sebelum kemudian kembali stabil seiring aksi ambil untung (profit-taking) oleh pelaku pasar. Ini menunjukkan sensitivitas pasar kripto terhadap berita spesifik yang melibatkan tokoh-tokoh kunci di industri.

Data dari DeFiLlama memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai kesehatan ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi). Total Value Locked (TVL) di DeFi tercatat sekitar $152 miliar, dengan peningkatan sebesar 1,6% dalam sehari setelah kenaikan 4% pada hari sebelumnya. Angka ini mengindikasikan bahwa minat dan kepercayaan terhadap inovasi DeFi masih cukup kuat, meskipun kondisi pasar cenderung fluktuatif.

Bitcoin sendiri berhasil mencatat kenaikan harga sebesar 4,3% dalam seminggu, mendekati level $112.000 pada hari Jumat. Namun, peningkatan ini masih tertinggal dibandingkan dengan reli yang lebih luas di pasar ekuitas. Analisis teknikal menunjukkan bahwa level $109.000 menjadi support yang cukup kokoh, sementara resistensi di sekitar $114.000 bisa menjadi kunci untuk memecah tren penurunan dan membuka jalan bagi kenaikan lebih lanjut. Indikator Relative Strength Index (RSI) yang berada di angka 47 menunjukkan fase netral, sebuah kondisi yang seringkali mendahului pergerakan harga yang signifikan ke atas.

Fenomena lain yang menarik adalah laporan mengenai "whale wallets" atau dompet-dompet besar yang mulai aktif kembali, bersamaan dengan terus menurunnya pasokan Bitcoin di bursa. Ini sering diinterpretasikan sebagai sinyal positif, menunjukkan bahwa para investor besar mungkin sedang mengakumulasi aset, yang berpotensi mengurangi tekanan jual. Apabila Bitcoin mampu menembus dan bertahan di atas level $114.000, target berikutnya bisa mencapai $120.000, bahkan mungkin menciptakan rekor tertinggi baru.

Implikasi Kebijakan Trump dan Reaksi Bursa Saham AS

Kabar mengenai kebijakan kripto dari Donald Trump memang menjadi sorotan utama di pasar. Rencana eksekutifnya untuk membangun cadangan Bitcoin nasional dan memposisikan Amerika Serikat sebagai "ibu kota aset digital" memicu gelombang diskusi di berbagai forum finansial global. Kebijakan semacam ini, jika terealisasi, akan memiliki dampak fundamental terhadap legitimasi dan adopsi aset digital di tingkat global, termasuk bagaimana negara-negara lain, seperti Indonesia, akan merespons melalui regulasi dan inovasi.

Waktu pengumuman ini bertepatan dengan performa pasar saham AS yang sedang meroket. Indeks Dow Jones menembus angka 47.000 untuk pertama kalinya, S&P 500 melonjak 0,8% ke 6.791, dan Nasdaq naik 1,1%. Lonjakan ini sebagian besar didorong oleh data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih lunak di angka 3%. Angka CPI yang rendah ini meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengambil sikap yang kurang hawkish, sehingga mendorong para investor untuk berinvestasi pada aset yang lebih berisiko, termasuk saham dan, secara teoretis, kripto.

Mengapa Bitcoin Masih Tertinggal?

Meskipun sentimen positif melingkupi pasar finansial global, pertanyaan yang masih menggantung adalah mengapa harga Bitcoin belum sepenuhnya merespons reli ini. Salah satu alasannya mungkin karena pasar kripto, meskipun semakin terintegrasi dengan ekonomi global, memiliki dinamika internalnya sendiri yang unik. Para investor mungkin masih menunggu konfirmasi lebih lanjut atau katalis yang lebih kuat untuk mendorong Bitcoin keluar dari fase konsolidasi.

Menjelang minggu berikutnya, semua mata akan tertuju pada pernyataan dari para pejabat Federal Reserve dan potensi revisi data CPI. Kedua faktor ini sangat krusial dalam membentuk ekspektasi pasar mengenai kebijakan moneter. Selain itu, data stablecoin yang mencapai rekor tertinggi di $309 miliar dan terus meningkat menunjukkan bahwa ada sejumlah besar modal yang siap mengalir ke pasar kripto. Jika Bitcoin dapat mempertahankan zona $111.000, kita kemungkinan akan melihat rotasi modal ke altcoin yang dapat mendorong kenaikan harga secara lebih luas.

Dengan energi "Trump kripto" yang kembali menggema, pasar saham AS yang tampak kokoh, dan potensi Bitcoin yang siap untuk bangkit, akhir minggu ini memberikan catatan yang cukup optimis bagi para investor. Keterlambatan respons Bitcoin saat ini mungkin hanya merupakan jeda sesaat, sebuah reaksi pasar yang lumrah sebelum pergerakan besar berikutnya. Bagi investor di Indonesia, memahami dinamika global ini menjadi kunci untuk navigasi cerdas di tengah kompleksitas aset digital.

Posting Komentar untuk "Dinamika Pasar Kripto: Bitcoin, Bursa AS, & Kebijakan Trump"