Menakar Kinerja Bank Sentral Eropa Tengah & Timur 2025
Laporan kinerja tahunan gubernur bank sentral dari kawasan Eropa Tengah dan Timur (ET&T) di tahun 2025 menunjukkan beragam dinamika ekonomi dan tantangan kebijakan yang mereka hadapi. Dari upaya stabilisasi pasca-krisis hingga perjuangan melawan inflasi di tengah ketidakpastian geopolitik, para pemimpin moneter ini memainkan peran krusial dalam membentuk arah perekonomian regional. Artikel ini akan mengulas capaian dan rintangan yang dihadapi oleh beberapa bank sentral utama di wilayah tersebut.
Albania: Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi yang Mengesankan
Gent Sejko, Gubernur Bank Albania, telah menorehkan satu dekade kepemimpinan yang signifikan. Sejko, bersama dengan Perdana Menteri Edi Rama, layak mendapatkan pujian atas kisah sukses ekonomi Albania. Meskipun masih menjadi salah satu negara termiskin di Eropa, pemulihan Albania sangat impresif. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara ini telah meningkat, didorong oleh konsumsi, konstruksi, dan pariwisata yang kuat, dengan perkiraan pertumbuhan yang konsisten di tahun 2025. Peran Sejko sebagai kekuatan penstabil sangat penting dalam menjaga kepercayaan pasar, terutama setelah keruntuhan ekonomi pada tahun 1997. Dengan target inflasi 3%, Bank Albania berhasil menjaga inflasi di bawah target, bahkan mendorong penurunan suku bunga acuan untuk mencapai target yang lebih optimal.
Armenia: Mengelola Tantangan Geopolitik dengan Kebijakan Moneter Cermat
Di bawah kepemimpinan Martin Galstyan sejak April 2020, Bank Sentral Armenia (CBA) menghadapi situasi geopolitik yang sulit, termasuk masuknya pengungsi dari Nagorno-Karabakh, Rusia, dan Ukraina. Meskipun demikian, Galstyan berhasil menjaga ketenangan dan kepercayaan terhadap stabilitas harga jangka panjang. CBA menurunkan target inflasi menjadi 3% pada akhir 2024, sebuah langkah yang dinilai "tepat" oleh IMF. Suku bunga kebijakan juga telah dipangkas secara kumulatif untuk mendukung perekonomian. Selain itu, upaya de-dolarisasi berhasil mengurangi ketergantungan pada mata uang asing secara signifikan sejak puncaknya pada tahun 2014, menandakan peningkatan kepercayaan pada Dram Armenia.
Belarus: Pergeseran Kepemimpinan dan Potensi Kemunduran Ekonomi
Pergantian Pavel Kallaur dengan mantan Perdana Menteri Roman Golovchenko di pucuk pimpinan Bank Nasional Belarusia pada Januari 2025 menimbulkan kekhawatiran banyak pengamat. Meskipun Kallaur dikenal profesional dan berhasil memodernisasi bank sentral, Golovchenko, yang merupakan loyalis diktator Belarusia Aleksander Lukashenko, bukan seorang ahli ekonomi. Pergeseran ini terjadi di tengah perlambatan ekonomi yang didorong oleh konsumsi domestik dan permintaan produk industri militer Rusia. Dengan inflasi dan ekspektasi inflasi yang meningkat, keputusan untuk mempertahankan suku bunga refinansiasi sebesar 9,75% di tengah target inflasi 5% menunjukkan pendekatan yang belum meyakinkan.
Bosnia & Herzegovina: Stabilisasi dan Transparansi di Tengah Ketegangan
Jasmina Selimović, gubernur wanita pertama Bank Sentral Bosnia & Herzegovina (CBBH) yang menjabat tahun lalu, menghadapi tugas berat untuk memberikan kepastian di tengah ketidakstabilan politik. Bosnia & Herzegovina telah mengoperasikan dewan mata uang selama 25 tahun, dengan mata uangnya, Mark Konvertibel, dipatok ke euro. Namun, tantangan utama negara ini meliputi transparansi lingkungan bisnis yang buruk dan masalah korupsi. CBBH di bawah Selimović berupaya menerapkan standar pencegahan korupsi Uni Eropa, meskipun indeks persepsi korupsi negara ini masih rendah.
Bulgaria: Menuju Eurozone dengan Kebijakan Moneter yang Kokoh
Dimitar Radev, Gubernur Bank Nasional Bulgaria, merayakan 10 tahun kepemimpinannya di tahun 2025, sebuah pencapaian luar biasa di tengah lanskap politik yang tidak stabil. Komitmen Radev terhadap kebijakan moneter yang sehat menjadi faktor kunci dalam persetujuan Bulgaria untuk bergabung dengan Eurozone pada Januari 2026. Meskipun Bulgaria menghadapi masalah inflasi yang persisten, penurunannya ke level yang dapat diterima dan tingkat utang yang sangat rendah, jauh di bawah batas resmi Eurozone, menjadi nilai tambah. Sejak tahun 1999, Lev Bulgaria telah dipatok ke Euro, menunjukkan dedikasi jangka panjang negara ini terhadap stabilitas mata uang.
Republik Ceko: Pertumbuhan Stabil dengan Kewaspadaan Inflasi
Bank Nasional Ceko (CNB) di bawah Aleš Michl terus menjalankan kebijakan moneter yang hati-hati dan stabil. Setelah pelonggaran moneter bertahap pada tahun 2024, CNB melakukan pemotongan suku bunga pada Februari dan Mei 2025. Meskipun ada kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang berasal dari sektor jasa dan harga energi, CNB mempertahankan suku bunga acuan 3,5% pada September. Dengan proyeksi inflasi yang terkendali dan pertumbuhan PDB riil yang kuat, CNB dinilai berhasil mengelola perekonomian yang seimbang dan pertumbuhan yang tidak inflasioner.
Georgia: Prioritas Stabilitas Harga dan Peningkatan Cadangan Devisa
Natia Turnava, yang diangkat sebagai gubernur Bank Nasional Georgia (NBG) pada Februari 2025, melanjutkan fokus pada stabilitas harga di tengah keraguan mengenai komitmen reformasi dan integrasi Barat Tbilisi, yang tercermin dalam penurunan investasi asing langsung (FDI). Meskipun permintaan domestik kuat, inflasi berhasil dijaga di bawah target 3% pada tahun 2024. NBG mempertahankan suku bunga stabil di 8% untuk mengendalikan permintaan mata uang asing dan mengurangi dolarisasi. Turnava juga aktif dalam meningkatkan cadangan devisa dan mendiversifikasi basis aset NBG, termasuk pembelian emas.
Hungaria: Melawan Inflasi Struktural dengan Kebijakan Suku Bunga Konsisten
Mihály Varga memulai masa jabatannya sebagai gubernur Bank Nasional Hungaria (NBH) pada Maret 2025 dengan optimisme, namun negara ini masih menjadi anomali di ET&T dengan masalah inflasi yang persisten. Inflasi tahunan masih tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi melambat. Varga mengakui masalah inflasi struktural Hungaria, yang menjelaskan keputusan untuk mempertahankan suku bunga di 6,5% selama berbulan-bulan. Di tengah tekanan dari tarif AS dan kekeringan musim panas yang berpotensi mendorong harga pangan, ruang gerak NBH terbatas, dengan ekspektasi inflasi yang tetap tinggi.
Polandia: Pertumbuhan Kuat di Tengah Pelonggaran Moneter dan Risiko Fiskal
Gubernur Bank Nasional Polandia (NBP) Adam Glapiński mengalami tahun 2025 yang lebih tenang dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun menghadapi kritik atas keputusan Dewan Moneter untuk menurunkan suku bunga, kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor jasa yang kuat. Inflasi utama diperkirakan akan turun menuju target NBP pada akhir tahun, dan Polandia diproyeksikan menjadi pemimpin pertumbuhan di ET&T pada tahun 2026 dan 2027. Namun, Glapiński mewaspadai risiko yang tersisa, termasuk kurangnya pengetatan fiskal meskipun defisit anggaran meningkat.
Rumania: Perjuangan Melawan Inflasi Persisten dan Defisit Anggaran
Mugur Isărescu, gubernur bank sentral terlama di dunia, menghadapi tahun yang menantang dengan inflasi yang meningkat dan pertumbuhan yang lesu. Struktur ekonomi Rumania rentan terhadap inflasi persisten yang dipicu oleh kenaikan upah dan permintaan impor. Defisit anggaran yang tinggi dan stimulus fiskal semakin memperparah masalah ini. Isărescu merespons dengan mempertahankan suku bunga acuan di 6,5%, menunggu penurunan inflasi yang signifikan. Namun, paket pengurangan fiskal pemerintah, meskipun bertujuan baik, ironisnya dapat mendorong inflasi lebih tinggi melalui kenaikan cukai, membuat ruang untuk pelonggaran moneter semakin tipis.
Rusia: Ekonomi Perang dan Dilema Kebijakan Moneter
Reputasi Elvira Nabiullina, Gubernur Bank Rusia, telah memudar seiring dengan perannya sebagai pendorong ekonomi perang Presiden Vladimir Putin. Meskipun berhasil dalam memerangi inflasi (8,8% pada Juli) dibandingkan target 4% di tahun 2026, ini dicapai dengan biaya suku bunga riil yang tinggi, yang memperkuat stagnasi ekonomi. Dengan ekonomi yang bergeser ke prioritas sipil, masa depan kebijakan Nabiullina tidak jelas. Pemotongan suku bunga lebih lanjut dapat memicu depresiasi rubel dan kembali meningkatkan inflasi. Kekhawatiran juga muncul mengenai sektor perbankan, terutama lonjakan pinjaman korporat yang terkait dengan upaya perang, yang berpotensi memicu krisis.
Serbia: Kehati-hatian dan Stabilitas di Tengah Lingkungan Global yang Tidak Terduga
Jorgovanka Tabaković memulai masa jabatan ketiganya sebagai gubernur Bank Nasional Serbia (NBS), sebuah pengakuan atas keberhasilannya yang tak terbantahkan. Kehati-hatian menjadi kunci dalam pendekatannya, terutama terhadap inflasi. Dengan inflasi yang berada di jalur untuk mencapai target 3% pada akhir tahun, didukung oleh suku bunga riil yang tinggi, NBS menunjukkan komitmen yang kuat. Pengelolaan float sempit dinar terhadap euro yang sukses turut menjaga harga tetap stabil. NBS juga meningkatkan cadangan emasnya sebagai perlindungan terhadap lingkungan global yang tidak terduga dan telah memberlakukan regulasi perbankan baru untuk meningkatkan kerangka pengawasan dan prudensial.
Turki: Komitmen pada Stabilitas dan Pengurangan Dolarisasi
Fatih Karahan, gubernur bank sentral keenam Turki dalam lima tahun, diangkat pada Februari 2024. Karahan dengan tegas menyatakan komitmennya pada stabilitas, pengendalian inflasi, dan pengurangan dolarisasi dalam perekonomian. Strateginya untuk meningkatkan deposito lira Turki dan mengurangi deposito yang dilindungi FX telah menunjukkan hasil awal, dengan inflasi yang menurun secara bertahap. Meskipun suku bunga mengalami kenaikan sesekali akibat peristiwa politik eksternal, Karahan bertekad untuk mencapai target inflasi akhir tahun. Namun, laporan Fitch Ratings mengingatkan bagaimana peristiwa di luar kendali bank sentral dapat dengan mudah menggoyahkan stabilitas.
Ukraina: Ekonomi di Bawah Bayang-Bayang Perang dan Kebutuhan Rekonstruksi
Keputusan di Bank Nasional Ukraina (NBU) didominasi oleh konflik yang semakin memburuk dengan Rusia, yang menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur dan industri. Ekonomi Ukraina saat ini 20% lebih kecil dibandingkan Februari 2022. Gubernur Andriy Pyshnyy telah menyerukan investasi besar-besaran untuk rekonstruksi, dengan perkiraan biaya mencapai $1 triliun. Meskipun suku bunga utama dipertahankan, pertumbuhan PDB diperkirakan melambat, dan pemulihan sangat bergantung pada jalannya perang dan masuknya bantuan keuangan internasional. Inflasi diperkirakan akan tetap tinggi sebelum berangsur-angsur turun, namun tantangan yang dihadapi NBU sangat besar.
Secara keseluruhan, laporan ini menyoroti lanskap ekonomi yang kompleks dan beragam di Eropa Tengah dan Timur. Para gubernur bank sentral memainkan peran kunci dalam menavigasi tantangan mulai dari inflasi dan ketidakstabilan politik hingga tekanan geopolitik, menunjukkan resiliensi dan adaptabilitas dalam upaya mereka menjaga stabilitas makroekonomi.
Posting Komentar untuk "Menakar Kinerja Bank Sentral Eropa Tengah & Timur 2025"
Posting Komentar