Bitcoin $200K? Novogratz: Ketua The Fed 'Dovish' Pemicu Utama

Tahun 2025 menjadi saksi bisu perjalanan yang bergejolak bagi harga Bitcoin. Setelah sempat menyentuh level terendah sekitar $74.000 pada kuartal pertama, mata uang kripto utama ini bangkit dengan perkasa, mencetak beberapa rekor tertinggi sepanjang masa di atas $120.000 dalam beberapa bulan terakhir. Namun, di tengah euforia kenaikan tersebut, Bitcoin tampaknya memasuki fase konsolidasi dalam beberapa minggu terakhir. Meski demikian, sentimen pasar secara umum tetap optimis, dengan keyakinan bahwa masih ada potensi kenaikan yang signifikan untuk pemimpin pasar kripto ini.

Salah satu suara yang menyoroti optimisme ini adalah Mike Novogratz, CEO Galaxy Digital. Ia tidak hanya menggemakan sentimen positif tersebut, tetapi juga mengidentifikasi apa yang ia sebut sebagai "katalisator utama" yang dapat memicu reli harga Bitcoin yang masif.

Prediksi Spektakuler dari Mike Novogratz

Dalam sebuah wawancara daring dengan Kyle Chasse, Novogratz mengungkapkan bahwa pergerakan besar selanjutnya untuk harga Bitcoin mungkin sangat bergantung pada potensi pergantian Ketua Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat. Menurut CEO Galaxy Digital tersebut, harga Bitcoin dapat mengalami reli yang substansial dan bahkan menyentuh angka fantastis $200.000 jika Ketua The Fed berikutnya memiliki sikap yang "sangat dovish".

Pengaruh Kebijakan The Fed Terhadap Pasar Kripto

Novogratz secara tegas menyatakan bahwa penunjukan Ketua The Fed yang dovish merupakan katalisator bullish terbesar yang potensial bagi Bitcoin dan seluruh pasar kripto. Ia menegaskan bahwa narasi pasar akan berubah drastis untuk mata uang kripto terbesar di dunia ini jika ada perubahan kepemimpinan di bank sentral AS, membuka jalan bagi Bitcoin untuk mencapai level setinggi $200.000.

Untuk memahami konteksnya, istilah "dovish" merujuk pada pembuat kebijakan atau penasihat (umumnya di Federal Reserve) yang cenderung mengambil sikap moneter yang lebih longgar. Ini mencakup langkah-langkah seperti pemotongan suku bunga dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, sikap "hawkish" mengindikasikan kebijakan moneter yang lebih ketat, seperti kenaikan suku bunga, yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi.

Pemotongan suku bunga oleh The Fed biasanya bersifat bullish bagi kripto dan aset berisiko lainnya. Alasannya cukup sederhana: ketika suku bunga acuan dipangkas, instrumen investasi tradisional seperti obligasi pemerintah menjadi kurang menarik karena menawarkan pengembalian yang lebih rendah. Akibatnya, investor cenderung mencari alternatif investasi yang berpotensi memberikan keuntungan lebih tinggi, dan pasar aset digital, termasuk Bitcoin, seringkali menjadi tujuan favorit mereka. Fenomena ini menciptakan aliran modal ke aset-aset berisiko, mendorong harga naik.

Selain itu, kebijakan moneter yang longgar, dengan suku bunga rendah, juga cenderung memicu inflasi. Dalam kondisi inflasi, aset seperti Bitcoin sering dipandang sebagai "safe haven" atau penyimpan nilai alternatif, mirip dengan emas digital, yang dapat melindungi daya beli dari erosi nilai mata uang fiat. Pandangan ini semakin memperkuat daya tarik Bitcoin di mata investor yang mencari lindung nilai terhadap tekanan inflasi.

Dinamika Dolar AS dan Aset Berisiko

Namun, Novogratz juga mencermati dampak potensial dari pemotongan suku bunga agresif terhadap nilai dolar AS. Meskipun suku bunga yang lebih rendah umumnya positif untuk aset berisiko seperti Bitcoin, efeknya justru berlawanan pada pasar dolar. Kebijakan moneter yang longgar cenderung melemahkan mata uang domestik karena menurunkan daya tarik imbal hasil investasi dalam denominasi dolar.

Perlu diingat bahwa The Fed telah mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan September. Keputusan ini, yang merupakan yang pertama dalam tahun ini, diperkirakan akan menjadi pembuka bagi beberapa pemotongan suku bunga lainnya sebelum akhir tahun 2025. Langkah ini secara fundamental mencerminkan pergeseran kebijakan ke arah yang lebih dovish, meskipun dampaknya mungkin tidak langsung terasa secara dramatis di pasar kripto.

Kebijakan makroekonomi, terutama yang dikeluarkan oleh The Fed, memainkan peran krusial dalam membentuk sentimen dan pergerakan pasar keuangan global, termasuk pasar aset digital. Investor kripto perlu memantau dengan cermat setiap sinyal dan keputusan dari bank sentral, karena hal tersebut dapat menjadi penentu arah pergerakan harga Bitcoin dalam jangka menengah hingga panjang.

Sekilas Kinerja Bitcoin Pasca Pemotongan Suku Bunga

Meskipun harga Bitcoin sempat merespons positif keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September, mata uang kripto utama ini tampaknya kesulitan untuk membangun momentum yang digerakkan oleh faktor makro tersebut. Pada saat artikel ini ditulis, nilai BTC berada di sekitar $109.570, mencerminkan penurunan tipis 0,1% dalam sehari terakhir. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada sentimen bullish, pasar masih mencari konfirmasi lebih lanjut atau katalisator yang lebih kuat untuk mempertahankan tren kenaikan yang signifikan.

Fase konsolidasi ini bisa jadi merupakan periode di mana investor mencerna informasi dan menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed di masa depan. Volatilitas adalah ciri khas pasar kripto, dan fluktuasi harga seperti ini adalah bagian dari dinamika pasar. Namun, pandangan Novogratz memberikan perspektif penting tentang bagaimana faktor fundamental makroekonomi dapat membentuk lanskap pasar kripto di masa mendatang.

Secara keseluruhan, meskipun Bitcoin telah menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan yang luar biasa di tahun 2025, perjalanannya menuju $200.000 mungkin masih memerlukan dukungan kuat dari kebijakan moneter yang akomodatif. Pergantian kepemimpinan di The Fed dengan figur yang lebih dovish bisa jadi merupakan angin segar yang dibutuhkan Bitcoin untuk mencapai valuasi yang lebih tinggi.