Ketika OpenAI memperkenalkan ChatGPT pada tahun 2022, teknologi kecerdasan buatan generatif atau generatif AI, segera merambah ke ranah publik dan memicu efek bola salju yang mengarah pada integrasinya yang pesat di berbagai sektor, termasuk industri, penelitian ilmiah, layanan kesehatan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Kehadiran teknologi ini telah mengubah lanskap digital secara drastis, memunculkan pertanyaan krusial tentang arah perkembangannya di masa depan.
Dengan mempertimbangkan pertanyaan besar mengenai potensi alat yang kuat namun belum sempurna ini, ratusan peneliti, pemimpin bisnis, pendidik, dan mahasiswa berkumpul di Kresge Auditorium MIT untuk Simposium inaugural MIT Generative AI Impact Consortium (MGAIC) pada 17 September. Acara ini menjadi wadah penting untuk berbagi wawasan dan mendiskusikan kemungkinan masa depan AI generatif.
“Ini adalah momen penting—AI generatif bergerak cepat. Adalah tugas kita untuk memastikan bahwa, seiring kemajuan teknologi, kebijaksanaan kolektif kita juga tetap selaras,” ujar Rektor MIT, Anantha Chandrakasan, saat membuka simposium pertama MGAIC. Konsorsium ini, yang merupakan gabungan pemimpin industri dan peneliti MIT, diluncurkan pada Februari lalu dengan tujuan utama untuk memanfaatkan kekuatan AI generatif demi kebaikan masyarakat. Pernyataan ini menegaskan perlunya pendekatan yang bijaksana dan kolaboratif dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu dinamis.
Menggarisbawahi kebutuhan kritis akan upaya kolaboratif ini, Presiden MIT, Sally Kornbluth, menekankan bahwa dunia mengandalkan para fakultas, peneliti, dan pemimpin bisnis seperti yang tergabung dalam MGAIC untuk mengatasi tantangan teknologi dan etika yang melekat pada AI generatif seiring dengan kemajuannya. “Sebagian dari tanggung jawab MIT adalah menjaga agar kemajuan ini terus berlanjut demi dunia. … Bagaimana kita bisa mengelola keajaiban [AI generatif] agar kita semua dapat mengandalkannya dengan percaya diri untuk aplikasi kritis di dunia nyata?” kata Kornbluth. Pertanyaan ini menyoroti kompleksitas dalam menyeimbangkan inovasi dengan tanggung jawab sosial dan etika.
Bagi pembicara utama, Yann LeCun, seorang ilmuwan AI terkemuka dari Meta, kemajuan paling menarik dan signifikan dalam AI generatif kemungkinan besar tidak akan datang dari peningkatan atau perluasan model bahasa besar (LLM) seperti Llama, GPT, dan Claude. Model-model generatif yang sangat besar ini, melalui pelatihan, belajar pola dari kumpulan data yang masif untuk menghasilkan keluaran baru. Ia berpendapat bahwa batas-batas pendekatan ini akan segera tercapai, mendorong kebutuhan akan paradigma baru.
Sebaliknya, LeCun dan rekan-rekannya tengah berupaya mengembangkan “model dunia” (world models) yang belajar dengan cara yang mirip dengan seorang bayi—melalui penglihatan dan interaksi dengan lingkungan sekitar mereka melalui masukan sensorik. “Seorang anak berusia 4 tahun telah melihat data melalui penglihatan sebanyak LLM terbesar. … Model dunia akan menjadi komponen kunci dari sistem AI di masa depan,” jelasnya. Konsep ini menunjukkan pergeseran dari pembelajaran berdasarkan data tekstual semata ke pembelajaran yang lebih holistik dan interaktif, meniru cara manusia memahami dan berinteraksi dengan dunia fisik. Sebuah robot yang dilengkapi dengan model dunia semacam ini dapat belajar untuk menyelesaikan tugas baru secara mandiri tanpa pelatihan eksplisit, menjadikan AI lebih adaptif dan efisien. LeCun melihat model dunia sebagai pendekatan terbaik bagi perusahaan untuk membuat robot cukup cerdas agar berguna secara umum di dunia nyata.
Meskipun sistem AI generatif di masa depan menjadi lebih cerdas dan menyerupai manusia melalui penggabungan model dunia, LeCun tidak khawatir tentang robot yang lepas kendali dari manusia. Ia menegaskan bahwa para ilmuwan dan insinyur perlu merancang "penjaga" atau guardrails untuk menjaga sistem AI masa depan tetap pada jalurnya. Namun, sebagai masyarakat, kita telah melakukan hal ini selama ribuan tahun dengan merancang aturan untuk menyelaraskan perilaku manusia dengan kebaikan bersama. “Kita harus merancang penjaga ini, tetapi berdasarkan konstruksinya, sistem tidak akan dapat melarikan diri dari penjaga tersebut,” tegas LeCun, memberikan pandangan optimis tentang kemampuan kita untuk mengendalikan teknologi yang kita ciptakan.
Pembicara utama lainnya, Tye Brady, kepala teknolog di Amazon Robotics, juga membahas bagaimana AI generatif dapat memengaruhi masa depan robotika. Sebagai contoh, Amazon telah menggabungkan teknologi AI generatif ke dalam banyak gudangnya untuk mengoptimalkan cara robot bergerak dan memindahkan material, sehingga menyederhanakan proses pemesanan. Ia memperkirakan banyak inovasi di masa depan akan berfokus pada penggunaan AI generatif dalam robotika kolaboratif, dengan membangun mesin yang memungkinkan manusia menjadi lebih efisien. “GenAI mungkin adalah teknologi paling berdampak yang pernah saya saksikan sepanjang karier robotika saya,” ujarnya, menyoroti revolusi yang dibawa oleh teknologi ini dalam bidangnya.
Para presenter dan panelis lainnya juga mendiskusikan dampak AI generatif di berbagai bisnis, mulai dari perusahaan berskala besar seperti Coca-Cola dan Analog Devices hingga perusahaan rintisan seperti Abridge, sebuah perusahaan AI di bidang kesehatan. Beberapa anggota fakultas MIT juga berbicara tentang proyek penelitian terbaru mereka, termasuk penggunaan AI untuk mengurangi kebisingan dalam data gambar ekologis, perancangan sistem AI baru yang mengurangi bias dan halusinasi, serta memungkinkan LLM untuk belajar lebih banyak tentang dunia visual. Keragaman aplikasi dan penelitian ini menunjukkan luasnya jangkauan dan potensi transformatif dari AI generatif di berbagai domain.
Setelah satu hari penuh menjelajahi teknologi AI generatif baru dan mendiskusikan implikasinya untuk masa depan, co-lead fakultas MGAIC, Vivek Farias, Patrick J. McGovern Professor di MIT Sloan School of Management, berharap para peserta pulang dengan “rasa akan kemungkinan, dan urgensi untuk mewujudkan kemungkinan itu.” Simposium ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran ide, tetapi juga seruan untuk bertindak, mendorong inovasi yang bertanggung jawab dan berdampak positif bagi masyarakat global.