Melampaui Bitcoin, Saham Strategy Kini Terkoreksi: Apa Artinya Bagi Investor?
Titik Balik untuk Saham Strategy?
Sejak awal Januari 2024, sangat sulit menemukan saham yang performanya lebih memukau dibandingkan Strategy (NASDAQ: MSTR). Saham ini berhasil melonjak fantastis hingga 450%. Dengan mengadopsi strategi unik untuk mengakumulasi Bitcoin (CRYPTO: BTC) sebanyak mungkin, Strategy jauh melampaui kinerja Bitcoin itu sendiri, yang "hanya" naik sekitar 167% dalam periode yang sama. Angka-angka ini menunjukkan bagaimana investor memberikan premium yang signifikan pada model bisnis Strategy.
Namun, euforia tersebut tampaknya mulai meredup. Sejak pertengahan Juli, awan gelap mulai menyelimuti saham Strategy. Harga saham yang sempat menyentuh $450, kini diperdagangkan di sekitar $350, menunjukkan koreksi sekitar 20%. Pertanyaan besar yang muncul adalah, apakah penurunan ini merupakan sinyal awal dari perubahan sentimen pasar, dan haruskah investor mulai merasa khawatir?
Narrative "Perusahaan Penyimpan Bitcoin" Mulai Memudar
Salah satu alasan utama di balik kekhawatiran ini adalah pergeseran sentimen di pasar kripto secara keseluruhan, yang juga berdampak pada persepsi terhadap perusahaan-perusahaan yang mendasarkan strategi bisnisnya pada kepemilikan Bitcoin. Model "perusahaan penyimpan Bitcoin" atau "Bitcoin treasury company" yang dipelopori oleh Strategy (dulunya dikenal sebagai MicroStrategy) pada tahun 2020, awalnya dianggap inovatif, imajinatif, dan berpandangan ke depan.
Pada masa awalnya, strategi Strategy untuk mengonversi kas perusahaan menjadi Bitcoin dipandang sebagai langkah berani yang memberikan keuntungan unik bagi investor. Ini memungkinkan investor mendapatkan eksposur tidak langsung terhadap Bitcoin melalui pasar saham tradisional, dengan harapan Strategy dapat mengakumulasi Bitcoin dengan cara yang lebih efisien atau menguntungkan. Namun, seiring berjalannya waktu, narasi ini mulai dianggap sebagai taktik yang kurang substansial atau bahkan "gimmick" semata.
Fenomena ini diperparah dengan munculnya banyak perusahaan lain, beberapa di antaranya tanpa riwayat akuisisi Bitcoin sebelumnya, yang kini ikut-ikutan menggalang dana ratusan juta dolar dari investor eksternal untuk tujuan yang sama: membeli Bitcoin. Beberapa dari perusahaan ini bahkan muncul secara mendadak, terkadang dengan sedikit "trik finansial" melalui Special Purpose Acquisition Companies (SPACs) atau metode lainnya. Secara keseluruhan, lebih dari 100 perusahaan telah "mereformasi" diri mereka menjadi perusahaan penyimpan Bitcoin, meniru model yang dipelopori Strategy.
Proliferasi model ini secara signifikan mengurangi keunikan dan daya tarik Strategy. Apa yang awalnya tampak sebagai strategi diferensiasi, kini menjadi tren yang mudah ditiru, membuat investor semakin skeptis terhadap nilai tambah yang sebenarnya ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan semacam ini dibandingkan dengan kepemilikan Bitcoin secara langsung.
Evaluasi Nilai yang Semakin Ketat
Perbandingan antara kepemilikan Bitcoin Strategy dengan kapitalisasi pasarnya menjadi poin krusial yang menjelaskan mengapa sahamnya mungkin masih dinilai terlalu tinggi. Saat ini, Strategy memegang sekitar 638.985 BTC, yang jika dinilai dengan harga Bitcoin saat ini, aset tersebut bernilai sekitar $75 miliar. Namun, kapitalisasi pasar Strategy saat ini mencapai $100 miliar. Ada selisih $25 miliar antara nilai aset Bitcoin yang dimiliki dengan nilai perusahaan di pasar saham.
Selisih atau "premium" ini dulunya bisa dijelaskan oleh beberapa faktor, seperti kemampuan Strategy untuk mengakuisisi Bitcoin dalam jumlah besar, aksesibilitas investasi bagi investor institusional melalui saham publik, serta narasi kepemimpinan di ruang aset digital. Investor bersedia membayar premium ini karena mereka percaya Strategy memberikan cara yang lebih baik atau lebih aman untuk berinvestasi di Bitcoin, atau bahkan memiliki keunggulan operasional dalam mengelola aset digital tersebut.
Namun, seiring dengan pudarnya narasi "perusahaan penyimpan Bitcoin" sebagai inovasi, investor semakin mempertanyakan validitas premium ini. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa investor harus membayar $100 miliar untuk sebuah perusahaan yang aset intinya hanya bernilai $75 miliar? Selisih $25 miliar tersebut kini menjadi lebih sulit untuk dibenarkan, terutama ketika sentimen pasar mulai berbalik dan opsi untuk berinvestasi langsung di Bitcoin menjadi lebih mudah diakses.
Kesenjangan nilai ini, yang dulunya dianggap sebagai sinyal potensi pertumbuhan, kini dilihat sebagai risiko valuasi yang signifikan. Seiring waktu, sangat mungkin bahwa investor akan menekan harga saham Strategy hingga kapitalisasi pasarnya lebih mendekati nilai bersih aset Bitcoin yang dimilikinya, atau bahkan di bawahnya jika pasar terus kehilangan kepercayaan pada model bisnis ini.
Menuju Konvergensi Kinerja: Strategy dan Bitcoin
Performa Strategy yang secara konsisten mengungguli Bitcoin dalam jangka waktu yang cukup lama memang menjadi fenomena yang menarik sekaligus membingungkan bagi sebagian analis. Bagaimana mungkin sebuah perusahaan yang aset intinya adalah Bitcoin dapat secara fundamental mengalahkan aset itu sendiri dalam jangka panjang, terutama jika operasional inti perusahaan tidak memberikan nilai tambah yang signifikan di luar kepemilikan Bitcoin?
Analisis ini mengarah pada kesimpulan bahwa kesenjangan kinerja antara Strategy dan Bitcoin kemungkinan besar akan menyempit. Ketika investor mulai mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka dan mempertanyakan premium yang dibayarkan untuk Strategy, harga sahamnya kemungkinan akan bergerak lebih dekat, atau bahkan berkorelasi lebih langsung, dengan pergerakan harga Bitcoin. Ini berarti kemampuan Strategy untuk "mengungguli Bitcoin" akan semakin menipis atau bahkan hilang sama sekali.
Pasar akan semakin realistis dalam menilai perusahaan seperti Strategy. Tidak lagi cukup hanya dengan memiliki Bitcoin; perusahaan harus menunjukkan nilai tambah yang nyata, inovasi, atau keunggulan operasional yang membenarkan kapitalisasi pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai aset Bitcoin yang mereka pegang. Tanpa itu, Strategy hanya akan dilihat sebagai ETF Bitcoin yang tidak efisien atau berpremi.
Perspektif Investasi: Langsung atau Tidak Langsung?
Melihat kondisi pasar saat ini dan pergeseran sentimen investor, banyak yang kini sependapat dengan pandangan bahwa "perusahaan penyimpan Bitcoin" mungkin bukan lagi pilihan investasi yang paling optimal untuk mendapatkan eksposur ke aset kripto tersebut. Argumentasinya sederhana: jika tujuan utama investasi adalah mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga Bitcoin, maka memegang Bitcoin secara langsung seringkali merupakan pendekatan yang lebih transparan dan efisien.
Investasi langsung pada Bitcoin menghilangkan lapisan kompleksitas dan biaya tambahan yang mungkin melekat pada sebuah perusahaan publik, seperti biaya operasional, risiko manajemen, atau potensi diskon/premium yang tidak wajar. Dengan kepemilikan langsung, investor dapat menghindari risiko terkait dengan manajemen korporat, keputusan strategis perusahaan yang mungkin tidak selalu selaras dengan kepentingan pemegang Bitcoin, serta pergeseran sentimen pasar terhadap model bisnis "Bitcoin treasury company".
Oleh karena itu, bagi investor yang ingin mengambil posisi di pasar Bitcoin, pendekatan yang lebih bijaksana mungkin adalah mengeksplorasi opsi kepemilikan Bitcoin secara langsung melalui bursa kripto atau produk investasi yang didesain khusus untuk melacak Bitcoin secara murni, seperti ETF Bitcoin spot yang kini semakin banyak tersedia. Ini memungkinkan investor untuk fokus pada fundamental Bitcoin itu sendiri tanpa harus bergulat dengan dinamika harga saham sebuah perusahaan yang mungkin sudah tidak lagi relevan dengan aset dasarnya.
Kesimpulan: Waspada dan Evaluasi Ulang
Saham Strategy telah menunjukkan kinerja yang luar biasa sejak awal tahun 2024, mengalahkan Bitcoin secara signifikan. Namun, koreksi 20% baru-baru ini dan pergeseran sentimen pasar terhadap model "perusahaan penyimpan Bitcoin" menimbulkan pertanyaan serius tentang prospek masa depan saham ini. Investor kini terlihat kehilangan kepercayaan pada narasi yang menganggap perusahaan-perusahaan ini sebagai inovator, dan lebih cenderung melihatnya sebagai cara tidak langsung yang berpremi untuk berinvestasi di Bitcoin.
Perbandingan antara kapitalisasi pasar Strategy dan nilai aset Bitcoin yang dipegangnya menunjukkan adanya premium yang signifikan, yang mungkin tidak lagi dapat dipertahankan di tengah evaluasi pasar yang lebih ketat. Kesenjangan kinerja antara Strategy dan Bitcoin kemungkinan akan menyempit seiring dengan investor yang mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka. Bagi banyak pihak, termasuk penulis artikel ini, mendapatkan eksposur ke Bitcoin secara langsung mungkin merupakan strategi yang lebih sederhana, transparan, dan berpotensi lebih efisien di masa mendatang. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan evaluasi ulang yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi di Strategy atau perusahaan serupa.