Ancaman Tarif AS-China Guncang Kripto: Peluang di Sektor AI?
Dinamika pasar aset kripto kembali diuji oleh gejolak geopolitik. Pada tanggal 22 Oktober, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali memanas, memicu kekhawatiran di kalangan investor global. Pernyataan Presiden AS mengenai kemungkinan batalnya pertemuan dengan Presiden Tiongkok, serta ancaman tarif baru, memberikan tekanan signifikan pada pasar yang sensitif ini. Di tengah ketidakpastian tersebut, minat investor mulai bergeser ke sektor-sektor dengan utilitas tinggi, seperti kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur blockchain, yang dianggap berpotensi menjadi "kripto selanjutnya yang akan meledak" meski dalam kondisi volatilitas.
Geopolitik dan Dinamika Pasar Kripto Global
Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok merupakan faktor makroekonomi yang memiliki dampak luas, tidak terkecuali pada pasar kripto. Ancaman Presiden AS untuk menerapkan tarif 100% pada barang-barang Tiongkok yang dimulai 1 November, serta penandatanganan kesepakatan dengan Australia untuk mengamankan rantai pasokan mineral kritis, menegaskan sikap yang lebih keras terhadap Beijing. Situasi ini menciptakan iklim ketidakpastian yang membuat investor cenderung menarik diri dari aset berisiko, termasuk kripto.
Sebagai cerminan dari sentimen ini, Bitcoin (BTC) sempat terpeleset 1,35%, menguji level US$107.000 setelah diperdagangkan di sekitar US$108.000. Sementara itu, Ethereum (ETH) juga mengalami penurunan 1,99%, jatuh di bawah US$3.900. XRP, salah satu aset kripto populer, terus menghadapi resistensi kuat di level US$2,5, sebuah batas yang sulit ditembus berkali-kali sepanjang bulan ini. Pergerakan harga ini menunjukkan betapa rentannya pasar kripto terhadap faktor-faktor eksternal yang di luar kendali ekosistemnya sendiri.
Daya Tarik Institusional dan Inovasi Blockchain
Meskipun terjadi gejolak, kepercayaan institusional terhadap aset kripto tetap terlihat kuat. Pada 21 Oktober, Exchange Traded Funds (ETF) Bitcoin spot mencatat arus masuk bersih sebesar US$477 juta, sementara ETF Ethereum menambahkan US$142 juta. Angka ini mengindikasikan bahwa investor institusional masih melihat nilai jangka panjang dalam aset kripto, bahkan saat harga sedang dalam fase konsolidasi atau penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pondasi pasar kripto semakin matang dengan dukungan dari pemain besar.
Di sisi lain, ekosistem blockchain terus berinovasi dan mendukung komunitasnya. Binance, melalui CEO-nya, CZ, mengonfirmasi peluncuran batch kedua dari program Reload Airdrop senilai US$45 juta. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para trader yang terdampak oleh lonjakan meme-coin di BNB Chain. Distribusi dana yang dilakukan secara otomatis di on-chain, tanpa memerlukan aplikasi atau klaim, disambut baik oleh komunitas perdagangan kripto di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen platform untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan pengguna.
Era Baru Kripto: Fokus pada Utilitas dan AI
Dalam pencarian "kripto selanjutnya yang akan meledak", perhatian investor semakin bergeser ke token-token yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI). Sektor AI dalam kripto menonjol dengan performa yang kontras terhadap tren pasar yang lesu. Beberapa token AI menunjukkan kenaikan signifikan, di antaranya ChainOpera AI (COAI) melonjak +36,06%, AI Companions (AIC) naik +30,37%, Unibase (UB) meningkat +16,55%, Keeta (KTA) maju +16,29%, dan River (RIVER) menambah +15,36%, bahkan naik lebih dari 91% dalam seminggu.
Kenaikan luar biasa ini mengindikasikan bahwa meskipun tekanan makroekonomi membebani sentimen pasar secara keseluruhan, investor tetap aktif mencari aset kripto yang menggabungkan utilitas dunia nyata dengan momentum berkelanjutan. Proyek-proyek AI dan infrastruktur blockchain saat ini menjadi narasi utama yang memimpin pemulihan pasar, menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan di masa depan. Bagi investor di Indonesia, memahami sektor-sektor ini dapat menjadi kunci dalam membuat keputusan investasi yang cerdas.
Pelajaran dari Kadena (KDA): Pentingnya Fundamental Proyek
Namun, di balik peluang tersebut, terdapat pula risiko yang harus diperhatikan. Kasus penutupan operasi Kadena (KDA) menjadi pengingat yang jelas akan pentingnya fundamental proyek. Token KDA anjlok lebih dari 60% setelah pengumuman tersebut, menunjukkan bahwa investor perlu melakukan riset mendalam sebelum berinvestasi, dan tidak hanya terpaku pada tren semata.
Secara keseluruhan, pasar kripto saat ini berada dalam fase menarik di tengah tantangan geopolitik dan ekonomi. Meskipun volatilitas pasar dapat menimbulkan kekhawatiran, pergeseran fokus investor ke sektor-sektor dengan utilitas kuat seperti AI, didukung oleh kepercayaan institusional, membuka peluang baru. Bagi investor di Indonesia, riset yang cermat dan pemahaman yang mendalam tentang fundamental proyek menjadi sangat krusial untuk menavigasi pasar kripto yang terus berkembang ini.