Inflasi AS: Akankah The Fed Pangkas Suku Bunga? Prediksi FOMC & Reaksi BTC
Inflasi AS: Akankah The Fed Pangkas Suku Bunga?
Wacana mengenai potensi "pengembalian dana inflasi" mungkin hanya menjadi harapan bagi sebagian kecil, namun perjuangan melawan inflasi kini kembali mendominasi panggung ekonomi global. Meskipun inflasi di Amerika Serikat menunjukkan sedikit pendinginan, jutaan warga Amerika masih merasakan beban harga yang melambung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pokok seperti bahan makanan, biaya sewa tempat tinggal, dan harga bensin, yang esensial bagi kelangsungan hidup, tetap berada pada tingkat yang menyakitkan.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, tingkat inflasi saat ini berkisar antara 3% hingga 3,5%, sebuah penurunan signifikan dari puncaknya yang mencapai 9% pada tahun 2022. Namun, perlu dipahami bahwa "inflasi yang lebih rendah" tidak serta-merta berarti harga-harga telah turun. Konsep ini hanya mengindikasikan bahwa biaya-biaya naik pada laju yang lebih lambat. Setelah bertahun-tahun mengalami kenaikan harga secara kumulatif, banyak keluarga di AS masih menghadapi tagihan yang jauh lebih besar dibandingkan periode sebelum pandemi.
Perlambatan Inflasi, Namun Harga Tetap Tinggi
Lebih lanjut, keterlambatan pelaporan data pemerintah akibat penutupan aktivitas telah menyebabkan para analis lebih mengandalkan informasi dari Federal Reserve Economic Data (FRED) dan model-model swasta. Data-data ini konsisten menunjukkan adanya kekuatan harga yang persisten, terutama di sektor-sektor krusial seperti makanan, perumahan, dan layanan kesehatan, yang terus menekan daya beli masyarakat.
Inflasi inti, yang mengecualikan komponen makanan dan energi yang volatil, memang telah mendingin hingga sekitar 2,9%. Namun, kategori-kategori yang memiliki dampak paling signifikan terhadap anggaran rumah tangga, seperti biaya sewa, penitipan anak, dan tagihan medis, masih bertahan pada tingkat yang tinggi. Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa, berdasarkan survei, sekitar 52% hingga 67% warga Amerika masih hidup dari gaji ke gaji, menunjukkan kerentanan finansial yang meluas di masyarakat.
Federal Reserve dan Dilema Kebijakan Suku Bunga
Klaim politik mengenai "kemenangan atas inflasi" tidak sepenuhnya selaras dengan data ekonomi makro yang tersedia. Para ekonom pada umumnya lebih memberikan kredit kepada serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve dan perbaikan substansial dalam rantai pasokan global sebagai faktor utama di balik pendinginan inflasi, dibandingkan dengan intervensi politik.
Tekanan Ekonomi dan Persepsi Publik
Meskipun demikian, persepsi publik memainkan peran krusial dalam dinamika politik. Survei kepercayaan konsumen yang dilakukan oleh University of Michigan secara konsisten menunjukkan bahwa sentimen konsumen tetap rapuh. Banyak pemilih belum merasakan dampak positif dari perbaikan ekonomi yang seringkali digembar-gemborkan oleh data headline, menciptakan kesenjangan antara realitas statistik dan pengalaman hidup sehari-hari masyarakat.
Dalam menghadapi situasi ini, Federal Reserve berada di persimpangan jalan dengan dilema kebijakan yang rumit menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada tanggal 28 Oktober. Mereka harus menimbang risiko antara mempertahankan suku bunga pada tingkat tinggi untuk memastikan inflasi terkendali, atau memangkasnya terlalu cepat yang berpotensi memicu kembali tekanan harga. Saat ini, suku bunga acuan The Fed berada pada 4,25%, dengan pembuat kebijakan mengisyaratkan adanya pelonggaran bertahap yang direncanakan hingga tahun 2026.
Seperti yang diungkapkan oleh Anna Paulson, Presiden The Fed Philadelphia, bank sentral memiliki tanggung jawab untuk "menyeimbangkan risiko terhadap lapangan kerja dan stabilitas harga." Pernyataan ini menegaskan pendekatan yang hati-hati dan berbasis data yang harus diambil dalam merumuskan kebijakan moneter yang sangat penting bagi kesehatan ekonomi nasional.
Dampak Inflasi dan Prospek Pemulihan Ekonomi
Data dari FRED menunjukkan bahwa pertumbuhan upah riil masih tertinggal sekitar 7% dari inflasi kumulatif. Biaya makanan telah melonjak 25%, sewa naik 22%, dan inflasi di sektor jasa tetap sulit untuk turun. Meskipun tingkat pengangguran berada pada rekor rendah, sebagian besar pekerja merasa bahwa daya beli mereka menurun dibandingkan tiga tahun yang lalu, mengindikasikan bahwa pertumbuhan nominal tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup.
Kesenjangan Antara Data dan Realitas Konsumen
Para ekonom secara umum memprediksi bahwa inflasi akan bertahan di sekitar 3% hingga tahun 2026, dengan jalur yang bertahap dan lambat untuk kembali ke target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve. Paulson lebih lanjut menyatakan bahwa mereka "harus meraba-raba jalan menuju netral," menyoroti ketidakpastian dalam menentukan tingkat suku bunga yang optimal untuk ekonomi.
Meskipun ada tanda-tanda pendinginan inflasi, situasinya belum cukup untuk memberikan kelegaan finansial yang signifikan bagi rumah tangga. Pasar keuangan dan masyarakat Amerika secara luas mengindikasikan adanya kebutuhan akan pelonggaran kuantitatif (QE) guna mengatasi penumpukan utang yang berpotensi menjadi tidak terkendali jika tekanan ekonomi berlanjut.
Implikasi terhadap Pasar Kripto: Reaksi BTC USD
Fluktuasi ekonomi makro, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga dan tingkat inflasi, secara inheren memiliki dampak yang signifikan pada pasar aset digital, termasuk Bitcoin (BTC). Kebijakan moneter yang bersifat longgar, seperti pemangkasan suku bunga atau program QE, cenderung mendorong investor untuk mencari aset yang dianggap lebih berisiko namun berpotensi memberikan lindung nilai terhadap inflasi, dan ini seringkali menguntungkan BTC.
Sebaliknya, kenaikan suku bunga dan kebijakan pengetatan moneter dapat menyebabkan investor menjadi lebih konservatif, memicu aliran dana keluar dari aset berisiko dan berpotensi menekan harga kripto. Oleh karena itu, keputusan FOMC yang akan datang mengenai suku bunga akan diawasi dengan ketat oleh pelaku pasar kripto karena dampaknya yang besar terhadap pergerakan harga BTC dan aset digital lainnya. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan atau bahkan memangkas suku bunga, hal ini berpotensi memberikan sentimen positif bagi BTC, meskipun faktor-faktor pasar lainnya juga akan terus berperan dalam menentukan arah harga.