Kepatuhan & Modernisasi: Sorotan Utama Sektor Keuangan 2024-2025
Laporan terbaru dari Bottomline yang dirilis pada acara Sibos mengungkapkan sebuah fakta krusial bagi industri keuangan global. Sebanyak 91% institusi perbankan dan lembaga keuangan lainnya memprediksi akan menghadapi tantangan signifikan terkait kepatuhan regulasi dalam satu tahun ke depan. Kekhawatiran ini tidak hanya berkisar pada kepatuhan terhadap aturan yang ketat, tetapi juga mencakup pengelolaan ekspektasi pelanggan yang semakin tinggi serta upaya pencegahan penipuan yang kian kompleks. Temuan ini menggarisbawahi tekanan multidimensional yang dihadapi sektor keuangan di tengah lanskap digital yang terus berubah.
Menggali Akar Permasalahan: Tantangan Kepatuhan di Era Digital
Angka 91% bukanlah sekadar statistik, melainkan sebuah indikasi kuat mengenai kompleksitas dan dinamika yang harus dihadapi oleh institusi keuangan. Lingkungan regulasi global terus berevolusi, dengan munculnya berbagai peraturan baru yang menuntut adaptasi cepat dan investasi besar dalam sistem serta proses. Di sisi lain, pelanggan modern mengharapkan layanan yang tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga aman dan transparan, menciptakan dilema antara inovasi dan kehati-hatian. Ancaman penipuan siber yang semakin canggih dan terorganisir juga menambah lapisan kerumitan, memaksa lembaga keuangan untuk terus memperbarui strategi keamanan dan deteksi mereka.
Laporan global bertajuk “The Future of Competitive Advantage in Banking & Payments” ini, yang merupakan hasil wawancara dengan 220 institusi keuangan, menyoroti sistem lama (legacy systems) sebagai hambatan utama. Lebih dari empat dari sepuluh responden menyebutkan bahwa sistem ini menjadi kendala terbesar dalam implementasi pembayaran waktu nyata (real-time payments). Ironisnya, 31% responden juga mengeluhkan bahwa sistem warisan ini justru menghambat upaya mereka dalam mencapai kepatuhan regulasi. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan di mana sistem yang sudah ada, alih-alih mendukung, malah menjadi penghalang utama bagi kemajuan operasional dan strategis.
Pilar Ketahanan Operasional dan Arah Modernisasi
Ketahanan operasional tetap menjadi perhatian utama, terutama dalam konteks potensi kegagalan sistem utama. Sebanyak 37% dari responden menekankan pentingnya penggunaan metode pembayaran alternatif sebagai strategi mitigasi risiko. Ini menunjukkan kesadaran akan perlunya memiliki rencana B yang solid untuk menjaga kelangsungan layanan di tengah berbagai kemungkinan gangguan.
Upaya modernisasi juga menjadi fokus sentral bagi banyak institusi. Survei menunjukkan bahwa 32% responden berinvestasi pada pengembangan saluran pembayaran baru, sebuah langkah strategis untuk memenuhi tuntutan pasar yang terus berubah. Selain itu, 32% lainnya berfokus pada peningkatan strategi pembayaran lintas batas (cross-border strategies). Ini mencerminkan pemahaman bahwa untuk tetap kompetitif di pasar global, inovasi dalam infrastruktur pembayaran adalah sebuah keniscayaan.
Menyingkap Kesenjangan Visibilitas Kas yang Krusial
Salah satu isu operasional yang masih menghantui banyak institusi adalah "kesenjangan visibilitas kas" (cash visibility gap) yang signifikan. Setengah dari responden (50%) menyatakan bahwa mereka kekurangan pandangan menyeluruh dan terintegrasi mengenai posisi kas mereka dari ujung ke ujung, terutama karena fragmentednya sistem yang digunakan. Lebih lanjut, 45% melaporkan bahwa posisi kas mereka tidak lengkap, meskipun beberapa otomatisasi parsial telah diterapkan. Kesenjangan ini sangat merugikan, karena menghambat kemampuan institusi untuk membuat keputusan yang tepat waktu terkait manajemen likuiditas, mengoptimalkan modal kerja, serta mendeteksi anomali atau potensi penipuan secara efektif. Kebutuhan akan visibilitas kas yang komprehensif dan pelacakan saldo secara waktu nyata menjadi sangat mendesak.
Transformasi Pembayaran Internasional dengan SWIFT GPI
Dalam upaya mengatasi berbagai tantangan pembayaran lintas batas, prioritas terhadap implementasi SWIFT Global Payments Innovation (GPI) telah mengalami peningkatan yang substansial. Angka prioritas ini melonjak dari 35% pada tahun 2024 menjadi 56% pada tahun 2025. Peningkatan drastis ini mencerminkan pengakuan akan pentingnya SWIFT GPI dalam menyelesaikan salah satu permasalahan utama yang diidentifikasi oleh 61% responden: kecepatan pembayaran yang lambat atau kurang jelas. Dengan fitur pelacakan waktu nyata dan peningkatan visibilitas, SWIFT GPI menawarkan solusi yang efektif untuk mempercepat transaksi, mengurangi ketidakpastian, dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi serta kepuasan pelanggan dalam pembayaran internasional.
Urgensi Akurasi Penyaringan Sanksi dan Peran ISO 20022
Aspek kritis lainnya dalam kepatuhan adalah akurasi dalam penyaringan sanksi. Sebanyak 57% institusi menyoroti faktor ini sebagai yang terpenting saat memilih solusi kepatuhan. Hal ini tidak terlepas dari tantangan lain yang dihadapi, di mana 37% responden mengeluhkan volume tinggi dari false positives, yaitu peringatan palsu yang memerlukan investigasi manual dan menghambat efisiensi operasional secara signifikan. Proses ini tidak hanya memakan waktu dan sumber daya, tetapi juga dapat menunda transaksi yang sah, merugikan reputasi, dan menciptakan frustrasi bagi pelanggan.
Menyikapi kompleksitas ini, Vitus Rotzer, Chief Product Officer untuk Financial Messaging di Bottomline, memberikan peringatan keras bahwa perusahaan yang belum mengimplementasikan pesan ISO 20022 tertinggal jauh dari jadwal. Ia menekankan bahwa implementasi ISO 20022 jauh melampaui sekadar peningkatan teknis.
“Sangat penting bagi perusahaan untuk memahami bahwa implementasi ISO melampaui sekadar peningkatan teknis biasa. Sebagian besar mungkin telah menangani aspek teknisnya, tetapi benar-benar memanfaatkan data yang tersedia menawarkan keuntungan yang jauh lebih besar,” ujar Rotzer. Ia menambahkan, “Semakin detail dan kaya data yang tersedia, semakin besar potensi untuk mengidentifikasi pola penipuan dan wawasan kritis lainnya. Perusahaan yang tidak memanfaatkan data yang kaya ini berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan, secara efektif memulai di belakang pesaing mereka. Nilai sebenarnya terletak pada pemanfaatan penuh informasi yang disempurnakan yang disediakan oleh ISO.” Pesan ini menegaskan bahwa masa depan kepatuhan dan keamanan bukan lagi hanya tentang mengikuti aturan, tetapi tentang memanfaatkan kecanggihan data untuk keuntungan strategis.
Kesimpulannya, sektor keuangan berada di persimpangan jalan yang menuntut adaptasi cepat dan strategis. Tantangan kepatuhan, beban sistem lama, kebutuhan akan ketahanan operasional, kesenjangan visibilitas kas, dan percepatan pembayaran lintas batas semuanya menunjuk pada satu arah: transformasi digital yang komprehensif dan pemanfaatan data secara maksimal. Laporan Bottomline ini menjadi sebuah panggilan penting bagi institusi keuangan untuk tidak hanya bereaksi terhadap tekanan regulasi dan pasar, tetapi untuk secara proaktif merangkul inovasi dan teknologi demi mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di masa depan.