Mengupas Peran CFO di Era Digital: Tantangan & Peluang AI di Indonesia

Ilustrasi seorang CFO modern Indonesia yang visioner, menganalisis data keuangan prediktif dengan teknologi AI di tengah lanskap perkotaan yang dinamis.

Peran Chief Financial Officer (CFO) telah mengalami transformasi signifikan, bergeser dari sekadar penjaga gerbang keuangan menjadi arsitek strategi bisnis yang proaktif. Di tengah dinamika ekonomi global dan laju transformasi digital yang pesat, khususnya di Indonesia, para pemimpin keuangan dituntut untuk tidak hanya cakap dalam angka, tetapi juga visioner dalam teknologi. Wawancara dengan Patrick Villanova, seorang CFO yang berpengalaman, memberikan kita pandangan mendalam tentang bagaimana seorang CFO menavigasi tantangan, memanfaatkan peluang, dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang semakin didominasi oleh kecerdasan buatan (AI).

Navigasi Tantangan Awal Sang Nakhoda Keuangan

Enam bulan pertama sebagai CFO adalah periode krusial yang penuh dengan penyesuaian. Villanova mengakui bahwa meskipun persiapan panjang telah dilalui, berada di garis depan pengambilan keputusan adalah pengalaman yang sama sekali berbeda. Pergeseran terbesar terletak pada bagaimana ia sendiri harus menyampaikan pesan, terutama kepada pemangku kepentingan eksternal.

Menjadi Pusat Perhatian dan Komunikasi Investor

Sebelumnya, Villanova sudah mahir dalam komunikasi internal, memahami seluk-beluk penganggaran dan perkiraan. Namun, setelah resmi menjabat sebagai CFO, fokus utamanya beralih ke hubungan investor. Keterlibatan yang lebih sering dengan analis, pemangku kepentingan, dan Dewan Direksi menjadi bagian tak terpisahkan dari hari-harinya. Intensitas komunikasi dengan para CEO pun meningkat drastis, menandai perubahan fundamental dalam lingkup tanggung jawabnya. Bagi CFO di Indonesia, kemampuan membangun narasi yang kuat di mata investor dan pasar adalah aset tak ternilai, mengingat iklim investasi yang kompetitif dan kebutuhan akan transparansi.

Seni Bercerita Data: Kunci Kepemimpinan CFO Modern

Salah satu keterampilan yang paling menantang sekaligus krusial bagi seorang CFO adalah kemampuan "bercerita." Ini bukan tentang fiksi, melainkan bagaimana menyaring data finansial yang kompleks menjadi pesan yang jelas, ringkas, dan berdampak. Kemampuan ini menjadi semakin vital di era saat ini, di mana data melimpah ruah dan keputusan bisnis harus dibuat dengan cepat.

Mengubah Kompleksitas Menjadi Pesan Berdampak

Villanova terus mengasah keterampilan ini dengan belajar dari CFO berpengalaman lainnya, membaca praktik terbaik, dan bahkan memikirkan ulang cara menggunakan alat presentasi seperti PowerPoint agar pesan lebih mudah dicerna dan bermakna. Dalam konteks perusahaan-perusahaan di Indonesia yang semakin mendunia, seorang CFO harus mampu mengartikulasikan kinerja dan strategi perusahaan kepada audiens yang beragam, dari investor lokal hingga mitra internasional. Kejelasan dalam penyampaian data dapat membangun kepercayaan dan mempermudah pengambilan keputusan strategis.

Tanggung Jawab dan Kepercayaan: Motivasi di Balik Peran CFO

Menjadi seorang CFO berarti memegang kendali atas keputusan finansial. Tanggung jawab ini, meskipun berat, juga sangat memuaskan, terutama saat memimpin sebuah perusahaan menuju masa depan yang cerah. Tekanan memang lebih besar—berbicara di depan umum, membuat keputusan akhir, dan menjadi rujukan bagi orang lain—tetapi di balik tekanan itu terdapat kepercayaan yang merupakan sebuah kehormatan.

Keputusan Finansial dan Tekanan Kepemimpinan

Villanova menyatakan bahwa dia berada di posisi ini karena memang layak mendapatkannya, sebuah pengingat penting ketika beban pekerjaan terasa berat. Di Indonesia, di mana perusahaan sering menghadapi gejolak pasar dan regulasi yang dinamis, kemampuan seorang CFO untuk mengambil keputusan finansial yang tepat di bawah tekanan adalah penentu keberlanjutan bisnis.

Mengelola Penolakan dengan Bijak

Seringkali, seorang CFO harus mengatakan "tidak." Keterampilan ini, menurut Villanova, kembali lagi pada kemampuan bercerita dan menyampaikan pesan. Penting untuk menjelaskan alasannya. Meskipun orang mungkin tidak selalu setuju, memahami perspektif Anda dapat membangun kepercayaan dan melibatkan mereka dalam proses pemikiran Anda. Ini adalah aspek kepemimpinan yang krusial. Dalam budaya perusahaan Indonesia yang menjunjung tinggi konsensus, menjelaskan alasan di balik penolakan menjadi lebih penting untuk menjaga harmoni dan kolaborasi tim.

Revolusi AI di Bidang Keuangan dan Akuntansi: Peluang dan Perhatian

Kecerdasan buatan (AI) adalah topik yang sangat diminati Villanova. Ia melihat AI sebagai perubahan teknologi besar ketiga di bidang keuangan dan akuntansi. Pertama, era PC dan Excel di tahun 1980-an. Kemudian, otomatisasi berbasis cloud tak lama setelah pergantian abad, yang turut dipelopori oleh BlackLine. AI adalah lompatan berikutnya, membawa otomatisasi yang lebih dalam dan intervensi manusia yang lebih sedikit.

AI sebagai Lompatan Teknologi Ketiga

AI sudah menyediakan wawasan dan prakiraan keuangan prediktif. Ibarat menambahkan orang kelima ke tim keuangan, perencanaan, dan analisis yang bekerja lebih cepat dan lebih murah. Di bidang akuntansi, AI masih pada tahap awal, menangani tugas-tugas sederhana berbasis aturan seperti pencatatan entri dan rekonsiliasi. Namun, seiring dengan pembelajaran dari lebih banyak data dan bagaimana akuntan membuat keputusan, dampaknya akan semakin besar. Bagi industri keuangan di Indonesia, penerapan AI dapat meningkatkan efisiensi operasional secara drastis, membebaskan talenta untuk fokus pada analisis strategis.

Otomatisasi dan Prediksi: Dampak AI pada Tim Keuangan

Transformasi yang dibawa AI ini diharapkan mampu meminimalisir pekerjaan repetitif dan memungkinkan tim keuangan untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar melalui analisis yang mendalam. Dengan AI, akurasi prediksi finansial dapat ditingkatkan, membantu perusahaan di Indonesia membuat keputusan investasi dan alokasi sumber daya yang lebih optimal. Namun, tantangan adopsi dan infrastruktur teknologi di beberapa daerah di Indonesia perlu menjadi pertimbangan.

Tantangan Akurasi dan Kepercayaan

Adopsi AI akan membutuhkan waktu, terutama dalam akuntansi, di mana akurasi harus benar-benar mutlak. "Akurasi 95% berarti 100% salah di dunia kami," tegas Villanova. Begitu AI terbukti konsisten dan dapat diandalkan, transformasinya akan menjadi jauh lebih eksponensial daripada Excel saat pertama kali membuktikan dirinya. Kepercayaan adalah kunci; tanpa kepercayaan penuh pada hasil AI, penerapannya akan terhambat, khususnya di sektor keuangan yang sangat sensitif terhadap kesalahan.

Mempersiapkan CFO Masa Depan: Data dan AI sebagai Diferensiator Utama

Bagi mereka yang bercita-cita menjadi CFO, Villanova menyarankan bahwa kemampuan dasar akuntansi, keuangan, dan kepemimpinan saja tidak cukup—itu adalah "modal dasar." Pembeda sebenarnya adalah keahlian dalam data dan AI. Ketika otomatisasi mengambil alih tugas-tugas tradisional seperti perkiraan dan pemodelan, peran CFO akan menuntut pemahaman mendalam tentang teknologi yang mendasarinya.

Keterampilan Wajib untuk Calon CFO

Dalam 10-15 tahun ke depan, lanskap keuangan akan terlihat sama sekali berbeda, dan mereka yang tidak fasih dalam data dan AI akan kesulitan mengimbanginya. Ini berarti universitas dan program pendidikan di Indonesia harus mulai mempersiapkan kurikulum yang lebih berorientasi pada data sains dan AI untuk calon-calon pemimpin keuangan masa depan. Penguasaan teknologi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Menjaga Kesiapan di Tengah Disrupsi

Apa yang membuat seorang CFO terjaga di malam hari? Disrupsi: terobosan yang tidak terlihat datang. Villanova menghabiskan banyak waktu mempelajari AI, teknologi baru, dan apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil yang gesit. Ia juga khawatir tentang kesenjangan keterampilan yang mungkin timbul saat perubahan berikutnya melanda. Pertanyaan krusialnya selalu sama: "Apa disrupsi berikutnya, dan apakah kita siap untuk menghadapinya?" Pemikiran ini harus diadopsi oleh para pemimpin bisnis di Indonesia agar tidak tertinggal dalam persaingan global.

Kesimpulannya, peran CFO kini jauh melampaui manajemen buku besar. Ini tentang kepemimpinan strategis yang didorong oleh data, komunikasi yang efektif, dan kesiapan yang tak henti-hentinya menghadapi gelombang inovasi teknologi. Bagi para profesional keuangan di Indonesia, ini adalah panggilan untuk terus belajar, beradaptasi, dan merangkul AI bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai alat yang ampuh untuk membentuk masa depan keuangan yang lebih cerah.

Posting Komentar untuk "Mengupas Peran CFO di Era Digital: Tantangan & Peluang AI di Indonesia"