Prediksi FOMC & Kripto: Pemotongan Suku Bunga Fed di Tengah Ketidakpastian
Pasar keuangan global, termasuk Wall Street dan pasar mata uang kripto, tengah menanti dengan cemas keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait kebijakan suku bunga. Banyak analis dan pelaku pasar meyakini bahwa Ketua The Fed, Jerome Powell, akan menepati janjinya untuk melanjutkan pemotongan suku bunga. Keyakinan ini menjadi narasi utama yang mendorong berbagai prediksi mengenai dampak Forum Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terhadap aset digital. Data pasar berjangka menunjukkan probabilitas sebesar 95% untuk pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin pada akhir bulan, sebuah angka yang meningkat signifikan dibandingkan beberapa minggu sebelumnya.
Situasi ini semakin diperumit dengan adanya penutupan sebagian operasional pemerintahan Amerika Serikat (US government shutdown). Penutupan ini telah mengunci akses ke Biro Statistik Tenaga Kerja, mengakibatkan tertundanya laporan ketenagakerjaan bulan September dan data pengeluaran penting lainnya. Akibat minimnya data dan kurangnya kejelasan informasi, tim Powell dihadapkan pada tantangan untuk merumuskan kebijakan moneter berdasarkan "insting" atau asumsi yang terbatas.
“A lack of fresh data means the Fed can’t confirm that the labor market remains on solid ground,” said Krishna Guha, head of global policy at Evercore ISI.
Sebuah teori yang beredar mengemukakan bahwa Powell mungkin tidak akan melakukan pemotongan suku bunga yang lebih dalam sampai terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja dan gagal bayar utang konsumen, seperti pinjaman kartu kredit. Diskusi mengenai kemungkinan ini menjadi penting dalam menganalisis berbagai prediksi utama untuk FOMC mendatang.
Latar Belakang Ekonomi AS: Antara Pemotongan Suku Bunga dan Tantangan Data
Meskipun penutupan pemerintahan adalah kejadian rutin di Washington D.C., waktu kejadiannya kali ini sangat tidak menguntungkan. Puluhan ribu pegawai federal dirumahkan, sementara The Fed dihadapkan pada salah satu keseimbangan kebijakan paling rumit dalam beberapa tahun terakhir. Ketika pasar terakhir kali menghadapi kombinasi kekeringan data dan kelumpuhan politik seperti ini, volatilitas melonjak di berbagai kelas aset.
Sementara itu, sentimen ekonomi di kalangan warga dewasa AS sangat negatif, dengan 74% menggambarkan kondisi ekonomi sebagai "adil atau buruk," demikian menurut riset Pew Research. Tingkat pengangguran telah merangkak naik menjadi 4,3%, angka tertinggi sejak tahun 2021, dan data gaji swasta dari ADP menunjukkan 32.000 kehilangan pekerjaan pada bulan September. Kondisi ini mengindikasikan adanya stagflasi. Mengingat masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026 dan desakan Donald Trump untuk suku bunga mendekati 0%, diprediksi suku bunga akan terus menurun. Ada kemungkinan pada tahun 2026, pencetakan uang akan kembali terjadi pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Persistent inflation, resilient demand, and only modest labor market slack suggest policy is barely restrictive,” said Dallas Fed President Lorie Logan.
Dinamika Bitcoin dan Pengaruh Kebijakan The Fed
Data dari Glassnode menunjukkan lonjakan akumulasi Bitcoin oleh pemegang jangka panjang, sementara arus keluar dari bursa meningkat 9% dari minggu ke minggu. Ini adalah sinyal kuat dari tumbuhnya keyakinan investor terhadap aset digital. Laporan DeFi Llama mencatat Total Value Locked (TVL) di seluruh ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) mencapai $82,5 miliar, naik 11% dari bulan sebelumnya, dengan Ethereum dan Solana memimpin dalam hal arus masuk.
Dengan harga emas yang mencapai $3.900 dan indeks Nikkei yang naik 4,3% karena ekspektasi stimulus fiskal Jepang, para investor dan pedagang kini mulai memperlakukan Bitcoin sebagai "tempat berlindung aman" ketiga dalam triad global yang baru: emas, saham, dan kode. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran persepsi terhadap Bitcoin, dari sekadar aset spekulatif menjadi aset yang memiliki karakteristik penyimpan nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Arah Kebijakan The Fed dan Masa Depan Pasar Kripto
Setiap pemotongan suku bunga oleh The Fed memang dapat menyelesaikan satu masalah, tetapi seringkali menciptakan masalah baru. Jika terjadi dua pemotongan suku bunga lagi sebelum akhir tahun ini, hampir dapat dipastikan akan terjadi gelombang likuiditas baru pada awal tahun 2026. Seorang makro trader di Singapura menyatakan, "Setiap pemotongan melemahkan otoritas moral dolar. Itu bullish untuk Bitcoin – dan menakutkan bagi pembuat kebijakan."
Keputusan The Fed bulan ini tidak hanya akan mengarahkan pasar saham atau obligasi, tetapi juga akan menentukan arah langkah berikutnya bagi pasar kripto. Jika Powell memotong suku bunga tanpa adanya data segar yang kuat, ini akan mengkonfirmasi apa yang sudah dicurigai oleh pasar: bank sentral siap untuk mencetak uang dan memenuhi keinginan politik yang ada. Situasi ini menempatkan pasar kripto, terutama Bitcoin, pada posisi yang menarik sebagai aset alternatif di tengah kebijakan moneter yang longgar dan potensi inflasi di masa depan.