Aku duduk, memegang segelas teh hangat tawar. Sebuah pilihan yang mungkin tidak akan dipahami oleh kebanyakan orang, terutama mereka yang selalu mencari sesuatu yang lebih dalam hidup—lebih manis, lebih berwarna, lebih penuh dengan drama. Tapi tidak hari ini. Hari ini, aku hanya ingin menikmati teh tawar ini dalam kesederhanaannya.
Teh ini, dengan segala kesederhanaannya, begitu menggugah. Tanpa gula, tanpa hiasan, hanya cairan hangat yang sedikit getir. Begitu tepat menggambarkan hidupku: sering kali tidak ada rasa manis yang jelas, hanya kepahitan yang datang tanpa permisi. Namun, seperti teh tawar, tetap saja ada kedamaian yang tercipta dalam setiap tegukan, meskipun rasanya tidak selalu menyenangkan.
Aku mengaduk teh ini, berharap menemukan sedikit keajaiban yang terkubur dalam kekosongan rasa. Tapi tidak ada. Teh ini tetap saja tawar. Tidak ada tambahan gula, tidak ada perasaan manis yang menyelimuti setiap bagian diriku. Hanya ada rasa yang tetap ada, tegas, tak tersentuh, dan, yah, entah bagaimana, cukup untuk membuatku terus melanjutkan.
Apa yang aku harapkan dari segelas teh hangat ini? Mungkin sebuah kebahagiaan sederhana yang tidak perlu dicari terlalu dalam. Teh ini bukan tentang pencarian rasa yang luar biasa, tetapi lebih kepada penerimaan. Menerima bahwa kadang hidup tidak selalu manis, dan mungkin itu yang membuatnya indah. Seperti teh tawar, kita seringkali harus belajar menikmati rasa tanpa embel-embel, tanpa penambahan apa pun. Begitulah hidup, tidak selalu seperti yang kita harapkan, tetapi tetap ada sesuatu yang dapat kita nikmati.
Segelas teh tawar ini tidak menawarkan kebahagiaan yang gemerlap, tetapi ada kenyamanan dalam kesederhanaannya. Mungkin, itulah yang sebenarnya kita cari.
Post a Comment