Howard Stern Batalkan Disney+ Protes Penangguhan Jimmy Kimmel
Penyiar radio kontroversial Howard Stern baru-baru ini mengumumkan keputusannya untuk membatalkan langganan Disney Plus miliknya. Tindakan ini merupakan bentuk protes tegas terhadap langkah ABC, yang merupakan bagian dari Walt Disney Company, yang secara mendadak menangguhkan siaran program "Jimmy Kimmel Live!". Keputusan Stern ini menambah daftar panjang dukungan terhadap gerakan boikot yang semakin meluas, yang dipicu oleh penarikan host late-night tersebut dari udara.
"Saya membatalkan Disney Plus saya," ujar Stern dalam acara SiriusXM-nya pada Senin pagi, menggarisbawahi tekadnya. "Saya mencoba untuk menunjukkan dengan kekuatan dompet saya bahwa saya tidak mendukung apa yang mereka lakukan terhadap Jimmy." Pernyataan ini bukan hanya sekadar keluhan, melainkan sebuah pernyataan publik yang mengilustrasikan betapa seriusnya isu kebebasan berekspresi di mata tokoh media berpengaruh seperti Stern.
Protes dari Stern muncul setelah ABC menangguhkan acara Kimmel pada minggu sebelumnya. Penangguhan ini merupakan respons terhadap tekanan intens dari berbagai pihak, termasuk Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC) Brendan Carr dan sejumlah pemilik stasiun penyiaran besar. Tekanan tersebut dipicu oleh monolog Kimmel mengenai kasus pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk. Keputusan ini dengan cepat memantik perdebatan sengit di seluruh Amerika Serikat tentang pentingnya kebebasan berbicara dan potensi intervensi pemerintah dalam ranah media.
Latar Belakang Kontroversi Kimmel
Awal mula kontroversi ini adalah ketika Kimmel melontarkan kritik keras terhadap apa yang ia sebut sebagai "gerombolan MAGA", menuduh mereka mencoba untuk "mendulang poin politik" dari pembunuhan Kirk. Charlie Kirk, seorang tokoh berusia 31 tahun yang juga salah satu pendiri Turning Point USA dan dikenal sebagai sekutu dekat mantan Presiden Trump, tewas ditembak saat menjadi pembawa acara debat di Utah Valley University pada 10 September. Tyler Robinson, seorang pemuda berusia 22 tahun, telah didakwa atas kasus pembunuhan Kirk. Monolog Kimmel tersebut dianggap memecah belah dan tidak pantas oleh beberapa pihak, yang kemudian memicu seruan untuk tindakan regulasi.
FCC Chairman Brendan Carr, misalnya, mengeluarkan peringatan serius dengan mengancam akan mencabut lisensi siaran jika afiliasi ABC terus menayangkan acara Kimmel. "Kita bisa melakukan ini dengan cara yang mudah atau sulit," kata Carr dalam sebuah penampilan podcast. "Perusahaan-perusahaan ini dapat menemukan cara untuk mengubah perilaku dan mengambil tindakan terhadap Kimmel, atau akan ada pekerjaan tambahan untuk FCC ke depan." Pernyataan ini secara eksplisit mengindikasikan bahwa regulator memiliki kekuatan untuk mempengaruhi konten media melalui ancaman sanksi, yang dilihat oleh banyak pihak sebagai bentuk pembatasan kebebasan pers.
Ancaman tersebut tidaklah kosong. Beberapa pemilik stasiun besar seperti Nexstar Media Group dan Sinclair Broadcast Group secara proaktif mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan program Kimmel dari afiliasi ABC mereka, dengan alasan kekhawatiran tentang "kepentingan publik". Kampanye tekanan yang terkoordinasi ini akhirnya memaksa eksekutif Disney, Bob Iger dan Dana Walden, untuk menangguhkan acara tersebut demi melindungi perusahaan dari potensi tindakan regulasi yang lebih serius, termasuk denda besar atau pencabutan lisensi.
Howard Stern dan Sejarah Pergulatan dengan Sensor
Howard Stern, dalam komentarnya, menyuarakan keprihatinan yang lebih luas tentang intervensi pemerintah dalam media. Ini bukan kali pertama Stern berhadapan dengan isu sensor dan pembatasan kebebasan berekspresi. Pengalamannya sendiri dengan Komisi Komunikasi Federal (FCC) merupakan salah satu yang paling terkenal dalam sejarah penyiaran Amerika.
"Saya tahu betul ketika pemerintah mulai ikut campur, ketika pemerintah mengatakan, 'Saya tidak senang dengan Anda, jadi kami akan mengatur cara untuk membungkam Anda,' itu adalah arah yang salah bagi negara kita," tegas Stern. "Dan saya seharusnya tahu. Saya pernah terlibat dalam hal semacam ini." Pernyataannya ini merujuk pada sejarah panjang pertarungannya dengan FCC, yang membuktikan bahwa kekhawatiran Stern didasarkan pada pengalaman pribadi yang mendalam dan traumatis.
Antara tahun 1990 dan 2004, FCC menjatuhkan denda sebesar 2,5 juta dolar Amerika Serikat—rekor tertinggi pada masanya—terhadap stasiun radio yang menayangkan "The Howard Stern Show" karena konten yang dianggap tidak senonoh. Jumlah ini adalah yang terbesar yang pernah dikenakan terhadap program radio Amerika mana pun. Puncaknya terjadi pada tahun 1992, ketika Infinity Broadcasting didenda 600.000 dolar, menjadikannya denda ketidaksenonohan terbesar dalam sejarah penyiaran AS saat itu. Tekanan regulasi yang berkelanjutan dari pemerintah federal akhirnya memaksa perusahaan tempat Stern bekerja untuk membayar penyelesaian sebesar 1,7 juta dolar pada tahun 1995 guna menyelesaikan semua pelanggaran FCC yang tertunda.
Pada tahun 2004, tekanan ini semakin memuncak ketika Clear Channel Communications secara permanen menghentikan siaran Stern dari enam stasiun setelah FCC mengusulkan denda 495.000 dolar atas dugaan pelanggaran ketidaksenonohan. Stern secara eksplisit menganggap tindakan-tindakan ini sebagai sensor yang bermotif politik, dengan menyatakan pada waktu itu: "Sangat mengejutkan bahwa campur tangan pemerintah terhadap hak-hak dan kebebasan berbicara kita terjadi di AS. Sulit untuk menyelaraskan ini dengan 'tanah kebebasan' dan 'rumah para pemberani'."
Intensitas tindakan keras regulasi ini menjadi begitu parah sehingga Stern akhirnya memutuskan untuk meninggalkan radio terestrial sepenuhnya. Pada tahun 2005, ia menandatangani kontrak dengan penyedia satelit SiriusXM, sebuah langkah yang memungkinkannya melepaskan diri dari pengawasan ketat FCC. Keputusan ini bukan hanya transisi karier bagi Stern, tetapi juga merupakan salah satu kemenangan paling signifikan dari sensor pemerintah atas kebebasan berekspresi dalam sejarah penyiaran modern, sebuah preseden yang masih relevan hingga saat ini.
Gerakan Boikot dan Dampak Ekonomi
Stern bergabung dengan gerakan boikot signifikan yang telah muncul sebagai respons terhadap penangguhan Kimmel. Bintang-bintang Marvel seperti Tatiana Maslany, yang memerankan She-Hulk di Disney Plus, dan Mark Ruffalo, secara terbuka menyerukan pembatalan langganan. Mantan anggota Kongres Adam Kinzinger dan banyak selebriti lainnya juga telah membatalkan layanan Disney mereka sebagai bentuk protes. Solidaritas dari berbagai kalangan ini menunjukkan bahwa isu ini telah melampaui sekadar preferensi pribadi, menjadi sebuah pernyataan kolektif tentang nilai-nilai demokrasi dan kebebasan.
Dampak finansial dari boikot ini terasa cepat dan substansial. Saham Disney dilaporkan turun sekitar 2-3% setelah pengumuman penangguhan, yang merepresentasikan miliaran dolar dalam kapitalisasi pasar yang hilang. Laporan juga menunjukkan bahwa halaman pembatalan langganan Disney untuk sementara waktu mengalami crash karena lalu lintas yang sangat padat dari pengguna yang memboikot layanan tersebut. Ini merupakan indikasi jelas bahwa kekuatan konsumen, ketika disalurkan secara kolektif, dapat memberikan tekanan signifikan pada perusahaan besar.
Reaksi Politik dan Masa Depan Kimmel
Bahkan beberapa tokoh terkemuka dari Partai Republik pun turut mengkritik tindakan FCC. Senator Rand Paul (R-Ky.) menyebut ancaman Carr sebagai "sama sekali tidak pantas," menyatakan bahwa Ketua FCC "tidak memiliki urusan untuk ikut campur" dalam komentar Kimmel. Kritik dari politisi konservatif menunjukkan bahwa isu ini melampaui batas-batas politik partisan dan menyentuh prinsip dasar kebebasan berbicara yang dihargai secara luas.
Perwakilan Disney dan Kimmel dilaporkan sedang dalam negosiasi untuk menyelesaikan situasi ini, meskipun belum ada jadwal yang ditetapkan untuk kembalinya acara tersebut. Penangguhan ini telah menyebabkan sekitar 200 anggota staf tidak pasti mengenai masa depan pekerjaan mereka, dengan Disney berkomitmen untuk membayar mereka hanya hingga akhir September. Ketidakpastian ini menyoroti dampak langsung dari keputusan korporat dan regulasi terhadap individu yang bergantung pada industri media.
Kontroversi ini merupakan momen yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam penyiaran Amerika. Para pengamat mencatat bahwa belum pernah ada sebelumnya pemilik stasiun besar yang secara proaktif menolak menayangkan program jaringan karena konten politik. Seperti yang ditekankan Stern dalam pengumumannya, situasi ini melampaui hanya satu komedian dan menyentuh pertanyaan fundamental tentang kebebasan berbicara dan keberanian korporat dalam menghadapi tekanan pemerintah. Ini adalah ujian bagi fondasi demokrasi dan peran media dalam masyarakat bebas.