Bitcoin: Akankah Bangkit? Analisis Jual Rugi Penambang & Pola 2020
Pasar kripto kembali menunjukkan volatilitasnya pekan ini. Harga Bitcoin (BTC), aset digital terkemuka, sempat anjlok di bawah US$110.000 sebelum akhirnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Penurunan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor, namun di sisi lain, para analis melihatnya sebagai fase koreksi yang sehat, bahkan menyerupai pola yang terjadi pada tahun 2020. Bagaimana prospek pemulihan Bitcoin di tengah tekanan jual dari para penambang? Mari kita bedah lebih lanjut.
Penurunan Harga dan Peran Penambang Bitcoin
Data dari CoinGecko menunjukkan bahwa harga Bitcoin sempat menyentuh US$107.500, turun sekitar 3% dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini tidak hanya dialami Bitcoin; sebagian besar altcoin utama juga mengalami koreksi, dengan kerugian antara 0,9% hingga 5,3%. Pemicu utama dari tekanan jual ini adalah peningkatan transfer Bitcoin dari dompet penambang ke bursa, yang mengindikasikan adanya tekanan jual signifikan dari para penambang.
Fenomena ini cukup menarik, mengingat beberapa minggu sebelumnya, para penambang justru gencar menambah kepemilikan Bitcoin mereka, meskipun biaya operasional dan margin keuntungan semakin ketat. Perubahan tren ini terjadi karena penurunan biaya transaksi yang memengaruhi pendapatan mereka, diperparah dengan peristiwa halving Bitcoin pada April lalu dan meningkatnya kesulitan jaringan. Halving, yang mengurangi imbalan blok menjadi separuhnya, secara langsung memotong pendapatan penambang, memaksa mereka untuk menjual sebagian asetnya guna menutupi biaya operasional dan menjaga keberlangsungan bisnis.
Volatilitas Pasar dan Sentimen Investor
Prospek Bitcoin di Kuartal Akhir 2025: Gelombang Volatilitas Baru?
Harga Bitcoin telah menunjukkan penurunan mingguan, diperdagangkan di sekitar US$107.500 setelah terkoreksi sekitar 10,8% selama tujuh hari terakhir. Penurunan harga seperti ini sering kali menjadi penanda fase akhir dari siklus pasar sebelumnya, yang mencerminkan kehati-hatian di kalangan investor.
Data dari Farside menunjukkan bahwa Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin mengalami arus keluar lebih dari US$108 juta sejak awal pekan, menambah tekanan jual di pasar. Namun, ada optimisme yang muncul dari pasar opsi. Menurut data Deribit, para trader opsi telah menempatkan lebih dari US$1,7 miliar dalam taruhan bahwa harga Bitcoin akan melampaui US$130.000 sebelum akhir tahun. Data dari Polymarket bahkan menunjukkan bahwa partisipan pasar memberikan peluang lebih dari 50% untuk skenario ini di tahun 2025.
Para analis di CryptoQuant menyebut penurunan US$19 miliar baru-baru ini sebagai "leverage flush," mengindikasikan bahwa ini adalah semacam reset pasar, bukan awal dari penurunan jangka panjang. Mereka berpendapat bahwa sebagian besar penurunan open interest (OI) tidak dipicu oleh likuidasi paksa, melainkan oleh deleveraging yang terkontrol, menunjukkan kematangan pasar Bitcoin.
Analisis Teknis: Area Support Krusial Bitcoin
Secara teknis, grafik mingguan Bitcoin menunjukkan harga telah meluncur di bawah "bull market support band," yaitu zona yang ditentukan oleh Simple Moving Average (SMA) 20 minggu dan Exponential Moving Average (EMA) 21 minggu. Level ini secara historis bertindak sebagai titik pivot yang kuat dalam siklus pasar sebelumnya. Saat ini, Bitcoin menghadapi ujian kunci di sekitar US$108.000. Penutupan di bawah kisaran ini dapat mengubah sentimen jangka pendek menjadi bearish, membuka pintu menuju zona support US$100.000-US$102.000.
Meskipun demikian, kondisi pasar yang lebih luas masih terlihat mendukung. Analis Daan Crypto menyatakan bahwa dengan saham dan emas yang diperdagangkan mendekati rekor tertinggi, likuiditas yang kuat dapat membantu harga Bitcoin mempertahankan stabilitas di level saat ini. Secara historis, perdagangan akhir tahun sering kali membawa ayunan tajam. Pasar mungkin akan mengalami ledakan volatilitas lain menjelang kuartal terakhir tahun 2025, sebelum tren yang lebih jelas muncul.
Pola Pemulihan Mirip Tahun 2020?
Salah satu perbandingan menarik datang dari analis TedPillows, yang membandingkan "Covid Crash" Bitcoin pada tahun 2020 dengan "Trump's China Tariff Crash" baru-baru ini. Kedua tren ini menunjukkan perilaku yang serupa. Pada tahun 2020, penurunan tajam Bitcoin diikuti oleh rebound cepat dan reli panjang ke level tertinggi baru. Grafik tahun 2025 menunjukkan pola yang sama: penurunan jual yang dalam, diikuti oleh pembentukan dasar di dekat level terendah.
Candle yang ada mengindikasikan "kapitulasi." Sumbu panjang (long wicks) yang tercatat dan volume jual yang tinggi adalah indikasi bahwa kepanikan jual mungkin mendekati akhirnya, dan ini biasanya merupakan tanda dari titik terendah (bottom) pasar. Pada saat analisisnya, harga Bitcoin diperdagangkan mendekati US$110.000, yang mungkin membentuk pola "double-bottom" yang mirip dengan Maret 2020. Simetri grafik menunjukkan bahwa ketakutan pasar bisa mencapai puncaknya, dan ini bisa menjadi awal pemulihan segera setelah tekanan jual mereda.
Perilaku Investor: Akumulasi oleh Investor Kecil
Data Glassnode mengungkapkan fenomena menarik: para pemegang Bitcoin kecil terus mengakumulasi kepemilikan mereka. Grafik menunjukkan bahwa akumulasi dompet yang berisi 1 hingga 1.000 BTC telah meningkat sejak akhir September. Ini mengindikasikan kepercayaan baru dari investor ritel dan menengah saat Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$110.000-US$115.000. Secara historis, sering diamati bahwa jenis akumulasi oleh pemegang yang lebih kecil ini mendahului pemulihan yang terjadi setelah koreksi pasar yang luas.
Di sisi lain, pemegang besar yang memiliki lebih dari 10.000 BTC telah mengurangi pembelian atau sedikit menurunkan kepemilikan mereka, menunjukkan bahwa akumulasi sentral telah berhenti. Pergeseran ini dalam perilaku investor, di mana investor kecil semakin aktif sementara investor besar cenderung menahan diri atau menjual sedikit, bisa menjadi indikasi positif untuk stabilitas pasar jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa fundamental Bitcoin semakin kuat karena basis kepemilikan menjadi lebih terdesentralisasi dan didorong oleh keyakinan jangka panjang dari investor ritel.
Kesimpulan dan Prospek Bitcoin di Indonesia
Meskipun pasar kripto saat ini sedang menghadapi tekanan jual yang signifikan, terutama dari penambang, dan volatilitas yang tinggi, ada beberapa sinyal positif yang mengindikasikan potensi pemulihan. Analisis teknis menunjukkan bahwa Bitcoin mendekati level support krusial, dan pola historis dari tahun 2020 memberikan harapan akan rebound yang cepat. Perilaku akumulasi oleh investor kecil juga menambah keyakinan bahwa titik terendah pasar mungkin sudah dekat. Bagi investor di Indonesia, memahami dinamika ini menjadi penting untuk membuat keputusan investasi yang bijak di tengah gejolak pasar kripto. Tetaplah pantau perkembangan dan lakukan riset mendalam sebelum mengambil langkah investasi.