Dumping Bitcoin di Binance: Investor Jangka Panjang Serap 186 Ribu BTC
Pasar kripto global, termasuk di Indonesia, belakangan ini tengah dilanda gejolak. Harga Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar, mengalami penurunan signifikan, memicu kekhawatiran di kalangan investor. Fenomena ini, yang sering diibaratkan seperti ‘mencoba menangkap pisau jatuh’, menggambarkan sentimen pasar yang sedang terpuruk. Banyak pihak bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi dan kapan tren penurunan ini akan berakhir?
- Harga Bitcoin anjlok di bawah $90.000, memicu sentimen negatif di pasar kripto global.
- Sebuah entitas di Binance diduga menjadi pemicu utama tekanan jual, aktif melakukan penjualan saat pembukaan pasar AS.
- Dominasi Bitcoin dan Ethereum menurun, seiring dengan peningkatan minat pada stablecoin.
- Investor jangka panjang (HODLers) menunjukkan daya tahan dengan menyerap 186.000 BTC atau sekitar $15,5 miliar dalam enam minggu terakhir.
- Redemption massal ETF Bitcoin spot turut menekan harga, namun akumulasi oleh HODLers bisa menjadi sinyal pembalikan.
Fenomena Penurunan Harga Bitcoin
Setelah sempat melewati level $100.000, Bitcoin mengalami perjalanan yang sulit. Meskipun ada beberapa pantulan kecil, tekanan jual masih mendominasi. Penurunan ini semakin terasa setelah BTC merosot di bawah $90.000, menyebabkan kapitalisasi pasar kripto global anjlok hingga di bawah $2,9 triliun. Menariknya, di tengah kondisi ini, terjadi rotasi modal yang signifikan ke stablecoin, seperti USDT. Ini menandakan bahwa investor cenderung mencari ‘tempat aman’ di tengah ketidakpastian, yang pada gilirannya menyebabkan dominasi Bitcoin dan Ethereum menurun, sementara dominasi stablecoin meningkat.
Kondisi pasar yang bergejolak ini tentu bukan hal baru dalam dunia kripto. Namun, intensitas dan konsistensinya kali ini memunculkan banyak spekulasi. Bagi investor di Indonesia, pergerakan Bitcoin sering kali menjadi barometer bagi kondisi pasar kripto secara keseluruhan, sehingga penurunan ini berdampak luas pada aset digital lainnya.
Siapa di Balik Aksi Jual di Binance?
Salah satu teori yang paling banyak dibahas adalah adanya entitas tunggal atau kelompok terkoordinasi di Binance, bursa kripto terbesar di dunia, yang secara konsisten melakukan aksi jual. Analisis dari beberapa pengamat pasar menunjukkan bahwa entitas ini menekan tombol jual tepat pada pukul 9:30 EST (Waktu Standar Timur), setiap pembukaan pasar Amerika Serikat, tanpa gagal selama dua minggu terakhir. Konsistensi waktu penjualan ini mengindikasikan bahwa ada “mandat atau jendela waktu spesifik” yang memandu tindakan mereka.
Dampak dari aksi jual ini tidak main-main. Dalam periode tersebut, harga BTC telah kehilangan hampir 20% dari kenaikan yang diperoleh selama setahun terakhir. Secara tahunan (Year-on-Year), Bitcoin kini tercatat merah, turun 14%, dan dalam 30 hari terakhir, penurunannya mencapai 22%. Angka-angka ini tidak hanya menekan Bitcoin, tetapi juga menyeret seluruh pasar kripto ke dalam jurang penurunan. Bagi banyak investor, pertanyaan besarnya adalah: kapan entitas ini akan berhenti menjual?
Peran ETF Bitcoin Spot dan Investor Institusional
Selain aksi jual yang terkoordinasi, faktor lain yang turut menekan harga Bitcoin adalah aktivitas redemption dari ETF (Exchange Traded Fund) Bitcoin spot. Sebelum penutupan di bawah $100.000 pada tanggal 13-14 November, lebih dari $1 miliar saham ETF Bitcoin spot telah di-redeem. Redemption ini berarti penjualan BTC dasar untuk ditukar dengan uang tunai di bursa teregulasi seperti Coinbase dan Kraken. Dalam kondisi pasar saat ini, penjualan dalam jumlah besar seperti ini secara otomatis akan mendorong harga lebih rendah.
Pergerakan ini menunjukkan bagaimana partisipasi investor institusional melalui ETF dapat memiliki dampak signifikan pada dinamika harga Bitcoin. Meskipun pada satu sisi membawa legitimasi dan volume ke pasar, di sisi lain, keputusan mereka untuk melepas aset dapat menciptakan tekanan jual yang substansial.
Daya Tahan Investor Jangka Panjang (HODLers)
Di tengah badai tekanan jual dan sentimen negatif, ada secercah harapan yang datang dari investor jangka panjang, atau yang sering disebut sebagai HODLers. Mereka telah menunjukkan daya tahan luar biasa dengan menyerap rekor 186.000 BTC, atau setara dengan $15,5 miliar, dalam enam minggu terakhir. Angka ini mencerminkan keyakinan kuat HODLers terhadap nilai jangka panjang Bitcoin, meskipun dalam kondisi pasar yang bergejolak.
Secara teknis, penyerapan masif ini bisa menjadi katalisator penting. Akumulasi besar-besaran oleh HODLers berpotensi memicu short squeeze, yaitu kondisi di mana posisi jual (short position) terpaksa ditutup karena harga aset tiba-tiba naik, yang kemudian semakin mendorong harga naik. Jika ini terjadi, tekanan jual yang dominan saat ini bisa berbalik arah menjadi momentum kenaikan yang agresif. Bagi investor di Indonesia, fenomena ini menunjukkan pentingnya strategi investasi jangka panjang di tengah volatilitas pasar.
Masa Depan Bitcoin: Antara Kekhawatiran dan Optimisme
Pertanyaan "kapan penurunan ini akan berhenti" masih menjadi misteri. Bagi pedagang yang optimistis, mereka hanya bisa berharap bahwa tekanan jual akan segera berakhir. Namun, bagi yang lebih realistis, periode ini adalah waktu untuk bersabar dan mengamati. Mempertimbangkan posisi long (beli) mungkin baru relevan setelah entitas penjual di Binance menghentikan aksinya, mengingat kedalaman "kantong" mereka masih belum diketahui.
Pasar kripto selalu dipenuhi dengan dinamika yang cepat dan tak terduga. Meskipun saat ini sentimen sedang buruk dan harga Bitcoin terus tertekan oleh berbagai faktor, daya tahan investor jangka panjang menawarkan perspektif yang berbeda. Akumulasi besar-besaran oleh HODLers bisa menjadi fondasi untuk pemulihan di masa depan. Namun, hingga saat itu tiba, kewaspadaan dan manajemen risiko tetap menjadi kunci bagi para pelaku pasar di Indonesia.
Pada akhirnya, pasar kripto adalah tentang siklus. Penurunan tajam seringkali diikuti oleh periode konsolidasi dan akhirnya, kenaikan. Penting bagi investor untuk tidak panik dan tetap berpegang pada strategi investasi yang terencana. Memantau pergerakan pasar, memahami sentimen, dan melihat data on-chain seperti yang ditunjukkan oleh aktivitas HODLers, akan menjadi bekal berharga dalam menghadapi ketidakpastian.