Kabar Kripto: Bitcoin Target $100K, Optimisme Cathie Wood & Tom Lee
Key Points
- Sentimen pasar kripto di Indonesia dan global masih menunjukkan kehati-hatian, namun indeks ketakutan mulai membaik dari titik ekstrem.
- Cathie Wood dari ARK Invest memprediksi kebijakan pengetatan kuantitatif Federal Reserve akan berakhir pada 1 Desember 2025, yang dapat memicu kembalinya likuiditas ke pasar.
- Tom Lee dari Fundstrat Capital optimistis bahwa aksi jual Bitcoin akan segera berakhir, memproyeksikan BTC dapat mencapai $100.000 atau bahkan menyentuh rekor tertinggi baru di bulan Desember.
- Ethereum menunjukkan sinyal pemulihan dan sangat menantikan pembaruan Fusaka pada 3 Desember 2025, yang diharapkan dapat menjadi katalis signifikan untuk kenaikan harga.
- Meskipun ada outflow besar dari ETF Bitcoin BlackRock (IBIT), seorang eksekutif BlackRock menyatakan bahwa ini adalah dinamika normal dalam investasi ETF yang didominasi investor ritel.
Dinamika Pasar Kripto di Akhir Pekan: Antara Konsolidasi dan Harapan Rebound
Memasuki akhir pekan, pasar kripto global, termasuk di Indonesia, masih berada dalam fase konsolidasi. Meskipun Indeks Ketakutan dan Keserakahan (Fear and Greed Index) telah bergerak naik dari 13 ke 20, yang menandakan sedikit meredanya ketakutan ekstrem, sentimen pasar secara umum masih didominasi oleh kehati-hatian. Aset kripto utama, termasuk Bitcoin dan Ethereum, terpantau bergerak menyamping, menunggu katalis yang kuat untuk memicu momentum kenaikan harga yang signifikan. Fenomena ini tidak asing bagi investor di Tanah Air, yang kian aktif memantau pergerakan aset digital ini di tengah volatilitas yang menjadi ciri khasnya. Konsolidasi semacam ini seringkali menjadi periode krusial sebelum terjadi pergerakan besar, baik ke atas maupun ke bawah.
Optimisme Bitcoin Menuju $100.000: Prediksi Para Tokoh Industri
Bitcoin, sebagai tulang punggung pasar kripto, saat ini diperdagangkan di sekitar level $91.433.06, sedikit di bawah rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 100 hari di $91.885. Setelah sempat merosot hingga $80.000, Bitcoin telah menunjukkan upaya pemulihan, namun masih berjuang untuk menembus dan mempertahankan posisi di atas $91.000 secara meyakinkan. Di tengah pergerakan yang cenderung stagnan ini, sejumlah tokoh terkemuka di industri finansial dan kripto justru menyuarakan optimisme yang kuat mengenai prospek Bitcoin di masa mendatang.
Cathie Wood, CEO ARK Invest yang dikenal dengan pandangan bullish-nya terhadap aset inovatif, meyakini bahwa kebijakan pengetatan kuantitatif (quantitative tightening) oleh Federal Reserve AS akan berakhir pada 1 Desember 2025. Menurutnya, penghentian kebijakan ini secara de facto merupakan bentuk pelonggaran moneter yang akan mengembalikan likuiditas ke pasar, termasuk ke aset-aset berisiko tinggi seperti kripto. Pernyataan Wood ini memberikan secercah harapan bagi para investor, karena injeksi likuiditas seringkali menjadi pendorong utama kenaikan harga aset.
Senada dengan Wood, Tom Lee, Chief Investment Officer di Fundstrat Capital dan pimpinan BitMine Immersion Technologies, mengungkapkan kepada CNBC bahwa aksi jual Bitcoin yang terjadi belakangan ini sudah hampir mencapai puncaknya. Lee menganalisis koreksi-koreksi sebelumnya, di mana pemulihan dari titik terendah selalu lebih cepat dibandingkan penurunan yang terjadi. Ia memprediksi bahwa Bitcoin akan bangkit dari level saat ini dan berpotensi menembus angka $100.000 pada bulan Desember, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa (ATH). Prediksi ini tentu menjadi angin segar bagi para hodler Bitcoin di Indonesia yang telah setia menanti kebangkitan harga.
Potensi Kebangkitan Ethereum dengan Pembaruan Fusaka
Sementara Bitcoin berjuang di level resistansi, Ethereum juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sempat menyentuh titik terendah $2.684 pada 21 November. Saat ini, Ethereum diperdagangkan di atas EMA 50 hari di $2.980, dan sedang menguji level krusial EMA 100 hari di $3.054. Upaya untuk menembus level ini telah beberapa kali dilakukan, namun Ethereum belum mampu bertahan di atasnya. Jika ETH berhasil menembus dan mempertahankan posisinya di atas $3.054 secara meyakinkan, pintu menuju level $3.618, dan bahkan $4.200 sebelum akhir tahun, bisa terbuka lebar.
Salah satu pendorong utama optimisme terhadap Ethereum adalah pembaruan Fusaka yang sangat dinantikan, dijadwalkan pada 3 Desember 2025. Pembaruan-pembaruan sebelumnya seringkali menjadi katalis signifikan bagi lonjakan harga Ethereum. Sebagai contoh, pembaruan Pectra pada Mei 2025 menyaksikan kenaikan harga ETH sebesar 55% dalam waktu sebulan dan 168% dalam waktu sekitar tiga bulan. Meskipun demikian, Ethereum juga menghadapi tekanan jual. Pada November lalu, ETF Ethereum mencatat outflow sebesar $1,42 miliar, lebih dari tiga kali lipat dari $403 juta yang tercatat pada Maret. Bahkan, sejumlah "paus" Ethereum tercatat melakukan aksi jual besar-besaran, salah satunya dengan melepas 87.824 ETH senilai $270 juta. Namun, penting dicatat bahwa paus tersebut masih memegang lebih dari $200 juta ETH, menunjukkan kepercayaan jangka panjang terhadap aset ini.
Fenomena Outflow ETF Bitcoin: Normalisasi Pasar atau Kekhawatiran Baru?
Di tengah pergerakan pasar yang fluktuatif, perhatian juga tertuju pada ETF Bitcoin spot milik BlackRock, IBIT, yang mengalami outflow sebesar $2,34 miliar pada bulan November, termasuk dua outflow harian terbesar masing-masing $523 juta dan $463 juta. Angka ini tentu mengejutkan banyak pihak, terutama para investor di Indonesia yang turut memantau kinerja ETF global sebagai barometer pasar kripto.
Namun, Cristiano Castro, seorang eksekutif BlackRock, dalam Konferensi Blockchain 2025 di São Paulo, menyatakan bahwa outflow semacam ini adalah hal yang normal dalam siklus investasi ETF, terutama yang didominasi oleh investor ritel. Castro menjelaskan bahwa permintaan awal untuk IBIT sangat kuat, bahkan sempat mencapai $100 miliar aset di puncaknya (gabungan listing di AS dan Brasil). Oleh karena itu, outflow yang terjadi belakangan ini lebih dianggap sebagai bagian dari siklus alami dan penyesuaian pasar, bukan sebagai indikasi kelemahan struktural pada produk tersebut. Penjelasan ini sedikit meredakan kekhawatiran dan mengingatkan investor bahwa volatilitas dan penyesuaian portofolio adalah bagian tak terpisahkan dari dunia investasi, termasuk kripto.
Kesimpulan: Menatap Akhir Tahun dengan Hati-Hati di Pasar Kripto
Pasar kripto global dan Indonesia berada di persimpangan jalan menjelang akhir tahun 2025. Optimisme dari tokoh-tokoh seperti Cathie Wood dan Tom Lee, ditambah dengan potensi katalis dari pembaruan Ethereum Fusaka dan berakhirnya kebijakan pengetatan The Fed, memberikan harapan akan adanya reli akhir tahun. Namun, investor tetap disarankan untuk berhati-hati dan melakukan riset mendalam. Fluktuasi harga yang masih tinggi, tekanan jual sesekali dari institusi besar, serta dinamika makroekonomi global, tetap menjadi faktor yang perlu diperhitungkan. Bagi investor di Indonesia, memahami konteks global sambil tetap memperhatikan regulasi dan tren pasar lokal akan menjadi kunci untuk menavigasi pasar kripto yang menarik ini.