Mengapa Harga Bitcoin Turun Tajam? Altcoin Terkapar, Siapkah Bear Market?
Gejolak di pasar kripto kembali menghiasi pemberitaan, dengan harga Bitcoin yang mengalami penurunan signifikan dan pasar altcoin yang terpuruk dalam fase "bear market" yang semakin intensif. Fenomena ini memicu berbagai pertanyaan di kalangan investor, baik institusional maupun ritel, khususnya di Indonesia yang memiliki basis pengguna kripto yang cukup besar. Artikel ini akan menganalisis faktor-faktor utama di balik penurunan harga Bitcoin saat ini dan mengeksplorasi apakah kita sedang menuju titik terendah sebelum potensi pemulihan.
Key Points:
- Harga Bitcoin anjlok tajam hingga mendekati zona $90.000, didorong oleh gelombang likuidasi posisi panjang (long) yang masif.
- Pasar altcoin, termasuk Ethereum dan Solana, mengalami pendarahan dua digit, memperdalam kondisi "bear market" yang sudah ada.
- Faktor-faktor seperti arus keluar dana dari ETF Bitcoin, tekanan teknis, dan sentimen pasar yang "extreme fear" turut memperparah kondisi.
- Meskipun demikian, ada sinyal akumulasi dari para "whale" atau pemegang Bitcoin besar, yang berpotensi menjadi indikator pembalikan arah.
- Peristiwa ini mengingatkan pada fase kapitulasi di masa lalu, yang seringkali menjadi cikal bakal terbentuknya titik terendah pasar sebelum siklus baru.
Dalam beberapa hari terakhir, pasar kripto kembali menunjukkan volatilitasnya dengan penurunan harga Bitcoin yang signifikan, merosot kembali menuju zona $90.000. Dampak dari koreksi Bitcoin ini terasa begitu kuat pada pasar altcoin, di mana aset-aset seperti Ethereum, Solana, dan koin kapitalisasi menengah lainnya mengalami pendarahan dua digit. Pertanyaan mengenai penyebab jatuhnya harga Bitcoin menjadi topik utama di berbagai forum dan platform media sosial di Indonesia. Kecemasan yang melanda saat ini mengindikasikan bahwa kita mungkin sedang mendekati titik balik emosional, di mana kesabaran dan keyakinan investor benar-benar diuji.
Faktor Pendorong Penurunan Harga Bitcoin
Penurunan harga Bitcoin yang menembus level $90.000 hari ini bukan tanpa alasan. Salah satu pemicu utamanya adalah gelombang likuidasi masif yang mencapai lebih dari satu miliar dolar, di mana sekitar $800 juta di antaranya menargetkan posisi "long" (beli) yang terlalu berlebihan atau "overleveraged". Ketidakseimbangan ini secara langsung menjelaskan sebagian besar alasan di balik penurunan harga Bitcoin. Ketika semakin banyak posisi "long" terpaksa ditutup, momentum penurunan harga cenderung berlanjut, menciptakan efek domino yang mempercepat tekanan jual.
Selain itu, arus keluar dana dari bursa efek yang diperdagangkan (ETF) besar juga memperparah tekanan pasar. Tercatat hampir satu miliar dolar ditarik keluar dalam satu hari, sebuah indikasi kuat bahwa kepercayaan investor terhadap aset kripto, setidaknya dalam jangka pendek, sedang goyah. Penarikan likuiditas besar-besaran ini tentu saja semakin memperdalam kondisi "bear market" altcoin, karena dana yang tersedia di pasar menjadi berkurang drastis.
Analisis Teknis: Sinyal "Death Cross" dan RSI
Dari perspektif analisis teknis, pola grafik Bitcoin juga tidak menunjukkan sinyal positif. Sebuah "death cross" baru saja terbentuk pada grafik harian Bitcoin, sebuah pola yang secara tradisional dianggap sebagai indikator bearish yang kuat. Bersamaan dengan itu, Indeks Kekuatan Relatif (RSI) Bitcoin merosot hingga di bawah level 30-an. Meskipun RSI yang rendah seringkali menunjukkan kondisi oversold atau jenuh jual, yang bisa menjadi sinyal potensi pembalikan, saat ini lebih mencerminkan tingkat kelelahan dan keputusasaan pasar, bukan konfirmasi pembalikan yang pasti.
Rasio posisi panjang (long) terhadap pendek (short) juga baru-baru ini jatuh di bawah 0,9 untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan. Ini mengindikasikan bahwa para "shorter" (pihak yang bertaruh pada penurunan harga) kini telah mendominasi "longer" (pihak yang bertaruh pada kenaikan harga). Secara historis, kombinasi antara posisi "short" yang tinggi, sentimen pasar yang anjlok, dan tekanan jual paksa ini sangat mirip dengan fase kapitulasi yang terjadi pada tahun 2022, yang pada akhirnya menghasilkan titik terendah pasar sebelum periode pemulihan.
Pengaruh Musiman dan Makroekonomi
Secara musiman, bulan November seringkali merupakan periode yang kuat bagi pasar kripto, dengan keuntungan rata-rata hampir 9% selama satu dekade terakhir. Namun, tahun 2025 tampaknya menjadi pengecualian. Kejutan inflasi yang terus berlanjut dan memudarnya kemungkinan Federal Reserve AS untuk memangkas suku bunga pada bulan Desember telah menyeret aset-aset berisiko seperti kripto ke bawah, diperparah dengan kemerosotan sektor teknologi global.
Faktor lain yang turut menyumbang pada penurunan harga Bitcoin adalah laporan mengenai aksi jual oleh para pemegang besar (whale). Mereka dilaporkan telah melepaskan ratusan ribu BTC dalam beberapa minggu terakhir, mendorong hampir sepertiga dari total pasokan Bitcoin ke dalam wilayah kerugian yang belum direalisasi. Aksi jual oleh para pemain besar ini tentu saja menambah tekanan pada pasar, yang sudah rapuh.
Mencari Titik Terendah: Akankah "Bear Market" Altcoin Berakhir?
Meskipun penurunan harga Bitcoin saat ini terasa menyakitkan, kondisi ini lebih menyerupai fase kapitulasi pasar, di mana investor yang "lemah" keluar dari pasar, ketimbang awal dari kegagalan struktural yang lebih dalam. Indeks Ketakutan dan Keserakahan (Fear and Greed Index) telah merosot tajam ke zona "extreme fear", menyentuh level yang tidak terlihat sejak akhir tahun 2022. Ini adalah indikator kuat bahwa sentimen pasar sedang berada pada titik terendah.
Secara historis, ketika diskusi di forum-forum dipenuhi dengan keputusasaan, posisi "short" menumpuk secara agresif, dan volatilitas menguras likuiditas dari altcoin, bahan-bahan untuk pembalikan arah pasar justru mulai terkumpul secara diam-diam. Bahkan pada tahun 2018, jatuhnya harga yang brutal pada bulan November telah mengatur ulang posisi pasar sebelum dimulainya pemulihan multi-bulan.
Sinyal Akumulasi dan Potensi Pembalikan
Di tengah kekacauan ini, beberapa sinyal akumulasi mulai terlihat. Sejumlah dompet besar diketahui telah menyerap puluhan ribu BTC minggu ini, memberikan penyeimbang terhadap tekanan jual yang ada. Jika harga Bitcoin mampu mempertahankan level tengah $80.000, ada kemungkinan pasar akan mereplikasi pola pembentukan dasar "stair step" yang terlihat dalam siklus sebelumnya, menandakan bahwa titik terendah mungkin sudah dekat.
Pasar "bear market" altcoin kemungkinan besar akan sedikit tertinggal dalam mengikuti pemulihan Bitcoin. Namun, proses pembersihan leverage yang berlebihan saat ini seringkali menjadi landasan bagi pergerakan naik yang lebih sehat dan berkelanjutan di masa mendatang. Kondisi pasar yang sekarang ini terasa seperti "bulan penderitaan", di mana setiap investor dengan keyakinan yang lemah sedang diuji hingga batasnya.
Pertanyaan mengapa harga Bitcoin turun terus menerus dapat dijawab: karena tangan-tangan yang 'lemah' atau investor yang mudah panik sedang tereliminasi dari pasar. Dan secara historis, justru pada saat itulah titik terendah pasar terbentuk, tepat ketika semua orang mulai percaya bahwa "bull run" atau periode kenaikan harga sudah gagal total. Bagi investor di Indonesia, momen ini bisa menjadi waktu untuk meninjau kembali strategi investasi jangka panjang, mengingat potensi pemulihan yang sering muncul setelah fase kapitulasi yang ekstrem.