Inovasi Imunoterapi: Strategi Baru Penyerangan Sel Kanker

Animasi mikroskopis menunjukkan sel kanker yang dihancurkan makrofag setelah diobati dengan AbLec selama 5 jam.

Sebuah terobosan signifikan dalam dunia pengobatan kanker telah muncul dari penelitian kolaboratif antara para ilmuwan di MIT dan Stanford University. Mereka berhasil mengembangkan pendekatan imunoterapi baru yang berpotensi merevolusi cara kita melawan berbagai jenis kanker. Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk "membebaskan rem" yang digunakan sel kanker untuk menghindari deteksi dan serangan dari sistem kekebalan tubuh.

Key Points:

  • Para peneliti MIT dan Stanford University mengembangkan pendekatan imunoterapi baru untuk menyerang sel kanker.
  • Fokus utama adalah membalikkan mekanisme "rem" yang digunakan sel kanker melalui molekul gula bernama glikan.
  • Mereka menciptakan molekul multifungsi yang disebut AbLecs (Antibody-Lectins) yang menggabungkan lektin dengan antibodi penarget tumor.
  • AbLecs bekerja dengan memblokir glikan pada permukaan sel kanker, sehingga meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh.
  • Pendekatan ini menjanjikan efektivitas untuk lebih banyak jenis kanker karena sifat glikan yang terlibat dalam imunosupresi berbagai tumor.
  • Sistem AbLec bersifat modular, memungkinkan penyesuaian antibodi dan lektin untuk target kanker yang berbeda.

Mengungkap "Rem" Imun pada Sel Kanker

Kanker adalah penyakit kompleks di mana sel-sel abnormal tumbuh tanpa kendali, seringkali menghindari serangan dari sistem kekebalan tubuh kita. Sistem imun seharusnya menjadi pertahanan utama, namun sel kanker telah mengembangkan berbagai trik untuk "mematikan" respons imun. Salah satu mekanisme utama yang digunakan sel kanker adalah dengan mengaktifkan "rem" pada sel imun, mencegah mereka melancarkan serangan yang mematikan. Pendekatan imunoterapi yang ada, seperti penghambat pos pemeriksaan (checkpoint inhibitors) yang menarget interaksi protein PD-1 dan PD-L1, telah memberikan harapan bagi banyak pasien. Namun, sayangnya, efektivitasnya terbatas pada sebagian pasien dan jenis kanker tertentu.

Para peneliti menemukan bahwa "rem" lain yang penting dalam mekanisme penghindaran imun ini dikendalikan oleh molekul gula yang dikenal sebagai glikan. Glikan ini terletak di permukaan sel kanker. Ketika glikan tertentu, terutama yang mengandung monosakarida asam sialat, berinteraksi dengan reseptor lektin yang disebut Siglec pada sel imun, hal itu justru memicu jalur imunosupresif. Interaksi Siglec-asam sialat ini seperti tuas "rem" yang mencegah sel imun, seperti makrofag dan sel natural killer (NK), untuk aktif dan menyerang sel kanker. Ini mirip dengan cara kerja interaksi PD-1 dan PD-L1.

Meskipun penting, menargetkan interaksi Siglec-asam sialat ini masih menjadi tantangan dalam pengembangan terapi. Upaya sebelumnya untuk mengembangkan lektin sebagai agen terapeutik tidak terlalu berhasil karena lektin saja tidak cukup kuat untuk menumpuk dalam jumlah besar di permukaan sel kanker.

AbLecs: Senjata Baru untuk Membangkitkan Kekebalan Tubuh

Untuk mengatasi keterbatasan ini, para peneliti MIT dan Stanford mengembangkan solusi inovatif: molekul multifungsi yang mereka sebut AbLecs (Antibody-Lectins). AbLecs dirancang secara cerdas dengan menggabungkan dua komponen kunci: sebuah lektin dan sebuah antibodi penarget tumor. Idenya adalah menggunakan antibodi berdaya ikat tinggi untuk mengantarkan lektin dalam jumlah besar ke permukaan sel kanker.

Begitu AbLec mencapai sel kanker, bagian lektinnya akan mengikat asam sialat pada glikan di permukaan sel kanker. Ikatan ini secara efektif memblokir interaksi asam sialat dengan reseptor Siglec pada sel imun. Dengan demikian, "rem" imun yang sebelumnya aktif kini dinonaktifkan. Akibatnya, sel-sel imun dapat "dibebaskan" dari penekanan dan mulai melancarkan serangan agresif terhadap sel kanker. "Kami menciptakan jenis terapi protein baru yang dapat memblokir pos pemeriksaan imun berbasis glikan dan meningkatkan respons imun anti-kanker," jelas Jessica Stark, salah satu penulis utama penelitian.

Dalam studi ini, para peneliti merancang AbLec berdasarkan antibodi trastuzumab, yang sudah disetujui untuk terapi kanker payudara, lambung, dan kolorektal. Mereka mengganti salah satu lengan antibodi dengan lektin, baik Siglec-7 atau Siglec-9. Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa AbLec ini berhasil "memprogram ulang" sel-sel imun untuk menyerang dan menghancurkan sel kanker.

Desain Modular AbLecs dan Potensi Terapi yang Luas

Salah satu keunggulan paling menarik dari platform AbLec adalah sifatnya yang "plug-and-play" atau modular. Ini berarti komponen antibodi dan lektin dapat ditukar-tukar sesuai kebutuhan. Misalnya, para peneliti menunjukkan bahwa mereka dapat mengganti antibodi penarget tumor dengan rituximab (yang menarget CD20) atau cetuximab (yang menarget EGFR). Demikian pula, mereka dapat mengganti lektin untuk menarget glikan lain yang terlibat dalam imunosupresi, atau bahkan mengombinasikannya dengan antibodi yang menarget protein pos pemeriksaan seperti PD-1.

Fleksibilitas ini sangat krusial karena jenis kanker yang berbeda seringkali mengekspresikan antigen dan glikan yang berbeda. Dengan sistem modular AbLec, terapi dapat disesuaikan secara spesifik untuk masing-masing jenis kanker, meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan. Dalam model tikus yang direkayasa untuk mengekspresikan reseptor Siglec dan antibodi manusia, tikus yang diobati dengan AbLec menunjukkan lebih sedikit metastasis paru-paru dibandingkan dengan tikus yang hanya diobati dengan trastuzumab. Ini adalah bukti awal yang sangat menjanjikan tentang efektivitas AbLec dalam situasi in vivo.

"AbLecs benar-benar plug-and-play. Mereka modular," kata Stark. "Anda dapat membayangkan menukar domain reseptor umpan yang berbeda untuk menargetkan anggota keluarga reseptor lektin yang berbeda, dan Anda juga dapat menukar lengan antibodi. Ini penting karena jenis kanker yang berbeda mengekspresikan antigen yang berbeda, yang dapat Anda atasi dengan mengubah target antibodi."

Harapan untuk Masa Depan Pengobatan Kanker di Indonesia

Penemuan AbLec ini membuka babak baru dalam pengembangan imunoterapi kanker, menawarkan harapan bagi pasien yang tidak merespons pengobatan yang ada saat ini. Karena glikan diketahui menghambat respons imun terhadap kanker di berbagai jenis tumor, molekul AbLec berpotensi menawarkan pilihan perawatan yang lebih baru dan mungkin lebih efektif untuk banyak pasien kanker.

Dengan adanya perusahaan seperti Valora Therapeutics yang telah didirikan oleh Stark, Bertozzi, dan rekan-rekan untuk mengembangkan kandidat AbLec, uji klinis diharapkan dapat dimulai dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Perkembangan ini sangat relevan bagi Indonesia, di mana angka kejadian dan kematian akibat kanker masih tinggi. Akses terhadap inovasi medis terbaru seperti AbLec dapat memberikan harapan baru bagi jutaan pasien kanker di tanah air.

Pemerintah dan lembaga penelitian di Indonesia diharapkan dapat memantau perkembangan ini dengan cermat dan berupaya memfasilitasi akses teknologi ini di masa depan, baik melalui kolaborasi penelitian maupun kebijakan impor obat. Imunoterapi yang lebih efektif dan dapat disesuaikan akan menjadi game-changer dalam upaya global dan nasional untuk mengalahkan kanker, dan AbLec tampaknya menjadi salah satu pionir dalam revolusi tersebut.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org