Revolusi DEX Solana: Ketika Volume Perdagangan Ungguli Raksasa CEX
- DEX berbasis Solana seperti Jupiter, Orca, dan Raydium, telah melampaui volume perdagangan bursa terpusat (CEX) seperti Binance dan Bybit pada akhir tahun 2025.
- Kecepatan transaksi yang tinggi dan biaya rendah di Solana, terutama setelah peningkatan Alpenglow dan protokol konsensus Votor, menjadi daya tarik utama bagi trader frekuensi tinggi.
- Peningkatan volume ini berpotensi memberikan harga dan likuiditas yang lebih baik langsung di blockchain, yang penting bagi trader di Indonesia.
- Adopsi institusional melalui ETF Solana dan penggunaan USDC on-chain semakin memperkuat posisi Solana sebagai hub trading.
- Meskipun menjanjikan, pengguna harus menyadari risiko seperti volatilitas pasar, tidak adanya dukungan pelanggan di DEX, dan potensi smart contract bugs.
Pendahuluan: Dominasi Tak Terduga DEX Solana
Dunia kripto kembali dikejutkan oleh sebuah fenomena menarik pada akhir tahun 2025: bursa terdesentralisasi (DEX) yang beroperasi di atas jaringan Solana dilaporkan berhasil melampaui volume perdagangan beberapa raksasa bursa terpusat (CEX) seperti Binance dan Bybit. Pergeseran ini bukan sekadar angka statistik, melainkan sebuah indikasi kuat adanya pergeseran fundamental dalam penemuan harga aset kripto yang kini semakin berpusat langsung di atas blockchain. Bagi para pelaku pasar dan investor di Indonesia, perkembangan ini tentu saja menghadirkan pertanyaan besar: apa artinya perubahan lanskap ini bagi kita?
Di tengah fluktuasi harga SOL yang cukup lebar sepanjang tahun, aktivitas on-chain dan volume perdagangan di DEX Solana seperti Jupiter, Orca, dan Raydium, terus mencetak rekor baru. Tren ini muncul seiring dengan pencarian para trader akan platform yang lebih cepat dan biaya yang lebih efisien. Selain itu, institusi keuangan juga semakin banyak mengalihkan aktivitasnya ke instrumen seperti ETF kripto dan aset yang ter tokenisasi, yang secara tidak langsung memberikan dorongan signifikan bagi ekosistem DEX. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai faktor-faktor di balik kebangkitan DEX Solana dan implikasinya, khususnya bagi masyarakat Indonesia yang tertarik dengan investasi dan perdagangan aset digital.
Apa Itu DEX dan Mengapa Solana Berhasil Ungguli CEX?
Untuk memahami mengapa dominasi DEX Solana menjadi begitu penting, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu DEX dan bagaimana Solana mampu mencapai tonggak bersejarah ini.
Mekanisme DEX: Pasar Mandiri di Blockchain
DEX, atau bursa terdesentralisasi, pada dasarnya adalah platform pertukaran kripto yang beroperasi langsung di atas blockchain. Berbeda dengan CEX seperti Binance, di mana Anda menyetor aset ke dompet perusahaan, di DEX Anda berdagang langsung dari dompet pribadi Anda menggunakan smart contract. Ini berarti Anda sepenuhnya memegang kendali atas aset Anda tanpa perantara. Di Solana, DEX seperti Jupiter, Orca, dan Raydium kini memproses volume perdagangan yang cukup besar untuk menyaingi, bahkan sesekali mengalahkan, volume spot CEX terkemuka.
Volume DEX Solana secara konsisten menyamai atau melampaui volume spot CEX besar selama kuartal terakhir tahun 2025. Data lain mendukung tren ini: Raydium mencatat lebih dari $100 miliar dalam volume bulanan selama tiga bulan berturut-turut, dan total volume DEX Solana sempat melampaui $120 miliar dalam beberapa bulan, mempertahankan keunggulan multi-bulan atas DEX Ethereum. Angka-angka ini menunjukkan bahwa banyak aktivitas perdagangan kini benar-benar beralih ke on-chain.
Faktor Kecepatan dan Biaya Rendah: Kunci Utama Solana
Daya tarik utama Solana sangat sederhana: kecepatan dan biaya rendah. Kita bisa membayangkan Ethereum sebagai jalanan kota yang padat pada jam sibuk, sementara Solana adalah jalan tol multi-jalur dengan tarif yang lebih murah. Setelah pembaruan Alpenglow, Solana mampu mencapai finalitas transaksi di bawah 100 milidetik. Kecepatan luar biasa ini sangat menarik bagi perusahaan perdagangan frekuensi tinggi dan trader algoritmik yang membutuhkan penyelesaian transaksi instan. Ketika para pemain besar ini beralih, mereka membawa volume perdagangan yang signifikan.
Peran Alpenglow dan Votor: Finalitas Transaksi Kilat
Pembaruan Alpenglow, yang melibatkan penggantian TowerBFT dengan protokol konsensus Votor, memungkinkan Solana untuk menyelesaikan blok dalam satu putaran voting, secara material mengurangi latensi penyelesaian. Kemampuan untuk mencapai finalitas sub-100ms ini terbukti di testnet Alpenglow, menandai langkah maju yang besar dalam performa jaringan Solana. Selain itu, masuknya stablecoin juga berperan penting. Dalam satu bulan terakhir, lebih dari $5.5 miliar USDC dicetak langsung di Solana, menciptakan semacam "bid permanen" untuk perdagangan on-chain. Hal ini memungkinkan para trader untuk melakukan order melalui DEX Solana dan menghemat sekitar 0.10–1% per perdagangan dibandingkan dengan beberapa bursa terpusat, berkat biaya yang lebih rendah dan spread yang lebih ketat. Volume harian DEX Solana bahkan sempat melebihi $3.8 miliar, mengalahkan gabungan Ethereum dan Base.
Implikasi Bagi Trader dan Investor di Indonesia
Lalu, apa arti semua ini bagi para trader dan investor di Indonesia?
Likuiditas dan Harga yang Lebih Baik
Prinsipnya sederhana: di mana ada volume, di situ biasanya ada harga dan likuiditas yang lebih baik. Jika sebagian besar perdagangan SOL dan stablecoin terjadi di on-chain, maka slippage (perbedaan antara harga yang diharapkan dan harga eksekusi) dan spread (selisih antara harga beli dan jual) cenderung membaik di sana terlebih dahulu. Ini secara langsung memengaruhi jumlah aset yang Anda terima saat melakukan swap token, bukan hanya harga yang terlihat di grafik. Bagi trader Indonesia, ini berarti potensi untuk mendapatkan eksekusi perdagangan yang lebih efisien dan biaya transaksi yang lebih rendah, sebuah keuntungan signifikan dalam pasar yang kompetitif.
Daya Tarik Institusional dan ETF Kripto
Institusi juga menambahkan lapisan penting dalam perkembangan ini. ETF Solana spot di AS dan Eropa dilaporkan mengelola lebih dari $2 miliar dan melakukan rebalancing menggunakan infrastruktur Solana sendiri, bukan "dark pools" tersembunyi. Ini mengubah Solana dari sekadar "chain cepat" menjadi "hub perdagangan" penuh bagi investor ritel maupun profesional. Jika kita mengikuti berita adopsi institusional, seperti pergeseran JPMorgan Chase ke instrumen keuangan on-chain di Solana atau penyelesaian USDC oleh Visa di Solana, tren ini sangat relevan. Bahkan CEX besar seperti Bybit telah menginkubasi DEX asli Solana bernama Byreal untuk merebut kembali volume on-chain, dan Binance meningkatkan dukungannya untuk Solana DeFi. Ini menunjukkan bahwa bahkan merek-merek CEX besar kini memandang DEX di Solana sebagai tempat "di mana perdagangan terjadi" dalam siklus pasar saat ini, sebuah indikasi kuat akan masa depan keuangan terdesentralisasi.
Tantangan dan Risiko dalam Ekosistem DEX Solana
Meskipun pergeseran ini terdengar menjanjikan, ada beberapa risiko nyata yang perlu diwaspadai, terutama bagi pengguna baru Solana dan DeFi di Indonesia.
Volatilitas Pasar dan Risiko Memecoin
Lonjakan DEX Solana sebagian besar didorong oleh gelombang memecoin yang masif pada awal tahun 2025. Namun, volume mingguan di segmen tersebut kemudian anjlok sekitar 95% dari puncaknya. Total Value Locked (TVL) – total aset yang terkunci di aplikasi DeFi Solana – juga merosot lebih dari 30% pada bulan Desember hingga sekitar $8.7 miliar karena trader mengambil keuntungan dan beralih ke aset lain. Peningkatan penggunaan yang tinggi tidak secara otomatis menjamin harga token akan terus naik. Investor di Indonesia perlu sangat berhati-hati terhadap hype dan memastikan keputusan investasi didasarkan pada riset yang matang, bukan hanya mengikuti tren.
Keamanan Mandiri: Tanggung Jawab Pengguna
Perdagangan on-chain di DEX menghilangkan jaring pengaman berupa layanan dukungan pelanggan. Saat Anda menggunakan DEX, Anda menyetujui transaksi langsung dari dompet Anda sendiri. Jika Anda salah mengklik token, tertipu oleh tautan palsu, atau berinvestasi pada koin yang kemudian kehilangan nilainya, tidak ada tombol "undo" dan tidak ada opsi pengembalian dana. DeFi ibarat mengemudi mobil otonom: canggih dan nyaman, tetapi Anda tetap memegang kendali penuh. Kabar baiknya, uptime Solana telah meningkat hingga lebih dari 99.9%, dengan sekitar 98 juta pengguna aktif bulanan, yang membantu membangun kepercayaan. Namun, bug smart contract, token penipuan, dan "rug pulls" masih ada, terutama di chain yang sedang tren. Jika Anda memutuskan untuk menjelajahi DEX Solana, mulailah dengan jumlah kecil, periksa kembali alamat kontrak, dan jangan pernah berdagang dengan uang yang Anda butuhkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Masa Depan Trading Kripto: DEX Sebagai Pusat Utama?
Jika pergeseran ini bertahan hingga tahun 2026, lebih banyak harga "nyata" dan likuiditas kripto mungkin akan berada di Solana dan jaringan yang mengutamakan DEX lainnya, bukan di buku pesanan terpusat. Bagi pengguna sehari-hari, ini membuka akses ke perdagangan yang lebih cepat dan lebih murah, tetapi hanya jika Anda menggabungkan rasa ingin tahu dengan aturan perlindungan diri yang ketat. Untuk melihat bagaimana bursa terpusat merespons, kita dapat mengamati langkah-langkah seperti ekspansi Coinbase dalam perdagangan Solana atau futures Solana yang ditawarkan oleh CME. Jika volume on-chain terus tumbuh, "tempat" perdagangan utama Anda dalam beberapa tahun mungkin adalah tab DEX Solana di dompet Anda, bukan situs web bursa terpusat. Ini menandai sebuah era baru di mana desentralisasi tidak hanya menjadi ideal, tetapi juga menjadi kenyataan dominan dalam ekosistem perdagangan kripto global.