Volatilitas Bitcoin: $90K Lenyap! Jepang Pemicu Koreksi Pasar Kripto?
Key Points:
- Bitcoin kehilangan level dukungan krusial $90.000, memicu ketidakpastian mendalam di pasar kripto global.
- Indeks Fear and Greed berada pada zona "ketakutan ekstrem" (nilai 16), mencerminkan sentimen bearish yang kuat di kalangan investor.
- Lebih dari $293 juta posisi leveraged di pasar kripto dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, didominasi oleh posisi "long".
- Kenaikan suku bunga yang diantisipasi dari Bank of Japan (BoJ) pada 19 Desember 2025 dianggap sebagai katalis utama potensi penurunan lebih lanjut.
- Data historis menunjukkan adanya korelasi kuat antara kenaikan suku bunga BoJ dan penurunan harga Bitcoin (antara 20-30%).
- Fenomena Yen carry trade, di mana investor meminjam Yen berbiaya rendah untuk investasi, diperkirakan akan terurai, memaksa penjualan aset berisiko.
- Rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat (Nonfarm Payrolls, Jobless Claims, CPI) juga akan menambah volatilitas dan membentuk sentimen pasar kripto.
Bitcoin di Persimpangan Jalan: Kehilangan Level Krusial dan Kegelisahan Pasar Kripto
Memasuki pekan baru, pasar kripto kembali dilanda ketidakpastian. Harga Bitcoin (BTC) dilaporkan mengalami penurunan signifikan sebesar -0,8% dalam semalam, mengakibatkan kehilangan level dukungan krusial di $90.000. Kondisi ini memperpanjang gelombang sentimen negatif yang telah mencengkeram pasar, tercermin dari Indeks Fear and Greed yang kokoh berada di zona "ketakutan ekstrem" dengan skor 16. Para trader dan investor semakin kehilangan harapan di tengah aksi harga bearish yang berkepanjangan ini.
Data dari CoinGlass mengungkapkan bahwa lebih dari $293 juta posisi leveraged telah dilikuidasi dalam 24 jam terakhir. Dari jumlah tersebut, $231 juta berasal dari posisi "long" (beli), sementara $62 juta dari posisi "short" (jual). Dominasi likuidasi posisi long ini mengindikasikan bahwa tekanan jual sedang mengendalikan pasar. Ironisnya, kondisi ini muncul tak lama setelah Bitcoin sempat melonjak di atas $94.000 pada minggu sebelumnya, menyusul berita pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve AS. Banyak yang percaya langkah Fed tersebut akan memicu gelombang investasi ke aset-aset berisiko seperti kripto. Namun, lonjakan tersebut ternyata berumur pendek, dan kini Bitcoin kembali tergelincir di bawah $90.000, dengan kapitalisasi pasar kripto global menyusut lebih dari $100 miliar sejak Jumat (12 Desember 2025).
Fenomena ini memicu pertanyaan besar: apakah pergerakan harga ini murni organik atau bagian dari manipulasi pasar yang lebih luas? Artikel ini akan menyelami lebih dalam alasan di balik respons buruk pasar kripto terhadap kondisi makroekonomi global yang ada, khususnya terkait perkembangan kebijakan moneter di AS dan Jepang.
Jepang dan Pengaruhnya terhadap Pasar Kripto: Mungkinkah BoJ Pemicu Penurunan?
Pada tanggal 19 Desember 2025, Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Keputusan ini menarik perhatian khusus karena berlawanan arah dengan pemotongan suku bunga yang baru saja dilakukan oleh Federal Reserve AS. Banyak pelaku pasar kebingungan, mengapa kenaikan suku bunga di Jepang bisa memiliki dampak signifikan terhadap pasar kripto global.
Mekanisme Yen Carry Trade dan Dampaknya pada Bitcoin
Salah satu penjelasan utama terletak pada mekanisme "Yen carry trade". Selama puluhan tahun, Yen Jepang telah menjadi mata uang favorit bagi para trader untuk meminjam dan mengonversikannya ke mata uang atau aset lain guna memanfaatkan perbedaan suku bunga (arbitrase) yang diuntungkan dari biaya pinjaman Yen yang rendah. Carry trade ini memungkinkan investor meminjam Yen dengan bunga rendah, lalu menginvestasikannya di aset yang menawarkan pengembalian lebih tinggi di negara lain, termasuk aset-aset berisiko seperti kripto.
Namun, kini carry trade tersebut mulai meredup. Imbal hasil obligasi Jepang meningkat pesat, dan sinyal BoJ untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada 19 Desember 2025 semakin menguat. Situasi ini berdampak luas, tidak hanya pada pasar keuangan tradisional (TradFi) tetapi juga pasar kripto, mengingat triliunan dolar telah dialokasikan ke aset berisiko dan obligasi melalui carry trade ini.
Jika suku bunga Jepang naik terlalu tinggi, biaya pinjaman Yen akan meningkat, membuat strategi carry trade menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, banyak peminjam akan terpaksa menjual aset-aset mereka untuk melunasi utang, dan begitu proses ini dimulai, efek bola salju masif diperkirakan akan terjadi. Bitcoin, sebagai aset yang sangat likuid dan sensitif terhadap makroekonomi, menjadi target utama dalam skenario "unwind" (pelunasan) Yen carry trade ini.
Pola Historis: Korelasi Kuat Antara BoJ dan Harga Bitcoin
Untuk memahami dampak potensial ini, kita bisa melihat pola historis. Analis pasar kripto seperti @CryptoNobler di platform X (sebelumnya Twitter) telah menunjukkan grafik Bitcoin yang menyoroti korelasi antara kenaikan suku bunga BoJ dan penurunan harga BTC. Misalnya, pada Agustus 2024, ketika BoJ terakhir kali menaikkan suku bunga, harga Bitcoin sempat merosot dari $70.000 ke $50.000, sebelum akhirnya menemukan titik terendah pada bulan September dan kemudian reli menuju $110.000 setelah Presiden Trump memenangkan pemilihan pada November 2024. Pola ini mengindikasikan bahwa setiap kali Jepang menaikkan suku bunga, Bitcoin cenderung mengalami penurunan antara 20-25%.
Pola serupa juga terlihat pada kesempatan lain: pada Maret 2024, kenaikan suku bunga BoJ menyebabkan Bitcoin jatuh -23%. Kembali pada Juli 2024, Bitcoin turun -27%, dan pada Januari 2025, Bitcoin anjlok -32% setelah Jepang menaikkan suku bunganya. Tren ini memberikan gambaran yang jelas mengenai sensitivitas pasar kripto terhadap kebijakan moneter Jepang, terutama ketika terjadi penguraian carry trade.
Menanti Data Ekonomi Krusial AS: Volatilitas Pasar Kripto di Depan Mata
Selain perkembangan di Jepang, serangkaian data ekonomi penting dari Amerika Serikat yang akan dirilis antara 15 hingga 19 Desember 2025 juga menempatkan Bitcoin pada titik krusial. Analis terpecah antara kekhawatiran koreksi signifikan dan harapan bahwa kebijakan Federal Reserve mungkin dapat meredakan dampak potensial.
Laporan Nonfarm Payrolls November
Laporan Nonfarm Payrolls November akan menjadi gambaran komprehensif pertama mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS sejak September. Data ini merupakan input kunci dalam bagaimana pasar memperkirakan jalur kebijakan Fed hingga tahun 2026. Konsensus memperkirakan perlambatan tajam dalam penciptaan lapangan kerja, dengan hanya 50.000 pekerjaan baru yang diperkirakan, turun dari 119.000 pada Oktober. Tingkat pengangguran juga diproyeksikan sedikit naik menjadi 4,5% dari 4,4%.
Klaim Tunjangan Pengangguran Mingguan
Weekly Initial Jobless Claims (Klaim Tunjangan Pengangguran Mingguan) juga menjadi data ekonomi AS lain yang perlu diperhatikan. Titik data ini akan memberikan penilaian yang lebih cepat mengenai tekanan di pasar tenaga kerja, menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan asuransi pengangguran untuk pertama kalinya pada minggu sebelumnya. Klaim untuk minggu yang berakhir 13 Desember diperkirakan mencapai 223.000, turun dari 236.000 pada minggu sebelumnya, yang sendiri telah menunjukkan lonjakan tajam dari 192.000.
Indeks Harga Konsumen (CPI) November
Mungkin yang paling krusial dari semua data ekonomi AS minggu ini adalah Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI). Laporan CPI November yang tertunda, yang diundur karena penutupan pemerintah AS selama 46 hari, bisa dibilang menjadi rilis paling berpengaruh minggu ini. Inflasi utama diperkirakan naik sedikit menjadi 3,1% secara tahunan (YoY) dari 3,0%, sementara CPI inti diproyeksikan tetap stabil di 3,0%. Meskipun inflasi masih jauh di atas target 2% yang ditetapkan Fed, setiap tanda pendinginan dapat memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga sedini Maret 2026.
Kesimpulan: Menjelajahi Gelombang Makroekonomi Global
Sebagai penutup, Bitcoin dan pasar kripto yang lebih luas saat ini berada dalam periode aktivitas fundamental yang rendah, di mana kondisi makroekonomi global—terutama di Amerika Serikat dan Jepang—memainkan peran dominan. Berita kripto hari ini mungkin tergolong lambat, namun perkembangan signifikan diperkirakan akan muncul sepanjang minggu seiring reaksi pasar terhadap pembaruan kebijakan moneter yang kontradiktif dari kedua negara ekonomi besar tersebut. Investor di Indonesia, khususnya, perlu mencermati perkembangan ini mengingat sifat pasar kripto yang saling terhubung secara global, yang dapat mempengaruhi keputusan investasi di tengah kondisi perekonomian domestik.