Bitcoin Anjlok di Bawah $90K: Akankah Reli Kembali Menggeliat?
Harga Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah mengalami penurunan signifikan, terjun bebas di bawah angka $90.000. Penurunan ini memicu pertanyaan besar di kalangan investor, baik institusional maupun ritel di Indonesia: apakah pasar bullish sudah kehilangan kendali, ataukah ini hanya sebuah koreksi sehat yang membuka peluang baru? Volatilitas tinggi yang selalu melekat pada aset kripto ini kembali menunjukkan taringnya, membedakan secara mencolok pergerakannya dari pasar tradisional seperti S&P dan Nasdaq.
- Indikator RSI pada grafik harian menunjukkan potensi dasar.
- Grafik 4 jam perlu dipantau untuk sinyal awal pembalikan.
- Pengambilan kembali level $100.000 sangat penting bagi bulls untuk memegang kendali.
- Celah Fair Value Gap (FVG) mingguan telah terisi, menandakan potensi dasar harga.
- Meskipun indikator Moving Average 50 (MA50) pada grafik mingguan sempat hilang, struktur bullish masih utuh.
Dinamika Pergerakan Bitcoin: Volatilitas yang Menguji Kesabaran Investor
Bitcoin telah mengalami koreksi harga yang cukup drastis, mendekati -29% dari level tertinggi sepanjang masanya (ATH) di bulan Oktober. Perbandingan dengan indeks pasar saham global menunjukkan jurang perbedaan yang mencolok: S&P 500 hanya turun sedikit di atas -4% dan Nasdaq sekitar -7%. Bagi investor tradisional di Indonesia yang terbiasa dengan fluktuasi pasar saham, volatilitas Bitcoin ini mungkin terasa sangat menantang dan memacu adrenalin. Penurunan sebesar ini pada indeks saham biasanya hanya terlihat pada peristiwa besar seperti krisis COVID-19 di tahun 2020 atau perang tarif di awal tahun ini. Hal ini menegaskan kembali bahwa Bitcoin, dengan karakteristik desentralisasi dan adopsi yang masih terus berkembang, memang menawarkan profil risiko dan imbal hasil yang berbeda.
Dalam 24 jam terakhir saja, lebih dari $400 juta posisi long Bitcoin dilikuidasi, sebuah angka yang menunjukkan tekanan jual yang sangat kuat. Meskipun demikian, data jangka panjang menunjukkan gambaran yang lebih kompleks. Sepanjang tahun ini, ETF Bitcoin telah mencatat arus masuk (inflow) sebesar $60 miliar. Namun, dalam dua minggu terakhir, terjadi arus keluar (outflow) sekitar $1,8 miliar. Angka $1,8 miliar ini memang tidak sebanding dengan penurunan harga 29%, mengisyaratkan bahwa meskipun ada tekanan jual jangka pendek, minat institusional jangka panjang terhadap Bitcoin masih cukup solid. Bagi banyak pihak, termasuk sejumlah investor di Indonesia, koreksi semacam ini justru dilihat sebagai "kesempatan emas" untuk mengakumulasi aset dengan harga diskon, mirip dengan pendekatan yang diambil oleh negara El Salvador yang baru-baru ini membeli Bitcoin senilai $100 juta. Namun, bagi sebagian lain, ini adalah sinyal untuk menjual dan mengambil keuntungan atau meminimalkan kerugian. Inilah esensi dari pasar bebas yang dinamis.
Menjelajahi Grafik Mingguan: FVG sebagai Penopang Potensial?
Mari kita telaah lebih dalam melalui kacamata analisis teknikal. Pada kerangka waktu mingguan (1W), situasinya memang terlihat kurang menggembirakan. Kita telah menyaksikan empat kandil merah berturut-turut, menggambarkan tekanan jual yang konsisten sepanjang bulan November ini. Harga Bitcoin telah menembus di bawah level tertinggi tahun 2024 dan Moving Average 50 (MA50) tanpa menemukan dukungan yang berarti, seperti pisau menembus mentega. Namun, di tengah gempuran bearish ini, harga telah memasuki celah Fair Value Gap (FVG) mingguan. FVG adalah area di mana terdapat inefisiensi harga di masa lalu, seringkali bertindak sebagai magnet harga atau zona potensial untuk pembalikan. Pertanyaan krusialnya sekarang adalah: apakah FVG ini akan menjadi dukungan kuat yang telah lama dinantikan oleh para bull?
Kehilangan MA50 pada grafik mingguan memang merupakan sinyal bearish yang tidak bisa diabaikan, namun penting untuk dicatat bahwa struktur pasar Bitcoin secara keseluruhan masih menunjukkan karakteristik bullish dalam jangka panjang. Penurunan ini mungkin hanyalah bagian dari siklus koreksi yang lebih besar dalam tren naik. Investor di Indonesia perlu memantau bagaimana harga bereaksi di dalam zona FVG ini, karena penolakan atau penerimaan level ini akan sangat menentukan arah pergerakan selanjutnya.
Analisis Harian dan Jangka Pendek: Mencari Titik Balik dan Reaksi Pasar
Gambaran Harian: RSI Menunjuk Potensi Dasar
Beralih ke kerangka waktu harian (1D), penurunan masif Bitcoin tampaknya belum sepenuhnya mencapai dasar. Namun, ada secercah harapan dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang kini berada pada level sangat rendah, menunjukkan kondisi oversold. Ini seringkali menjadi prekursor untuk potensi pembalikan harga ke atas. Dari analisis sebelumnya, level $110.000 dan rata-rata pergerakan lainnya bahkan tidak sempat tersentuh sebelum harga berbalik arah. Saat ini, ada tanda-tanda awal masuknya beberapa pembeli ke pasar, namun para bull masih memiliki tugas berat untuk membalikkan kerugian yang terjadi.
Dalam beberapa waktu ke depan, harga Bitcoin diperkirakan akan mulai bergerak dalam kisaran tertentu (ranging), setidaknya untuk membentuk dasar sementara. Setelah itu, akan ada pengujian ulang terhadap level-level kunci atau rata-rata pergerakan penting. Reaksi pasar terhadap pengujian ulang ini akan menjadi indikator penting untuk memprediksi apakah tren naik akan kembali berlanjut atau tidak. Bagi investor di Indonesia, memahami sinyal-sinyal ini sangat vital untuk membuat keputusan investasi yang tepat.
Strategi Jangka Pendek: Fokus pada Kerangka Waktu 4 Jam
Mengingat kerangka waktu yang lebih tinggi (mingguan dan harian) masih menunjukkan kondisi yang menantang, para trader dapat mencari sinyal dasar awal pada kerangka waktu yang lebih rendah, seperti 4 jam (4H). Pada grafik 4 jam, indikator RSI jelas menunjukkan bahwa harga telah mencapai dasar. Rata-rata pergerakan (MA) juga masih dalam formasi tren menurun. Namun, pengujian ulang MA50 mungkin akan segera terjadi, yang bisa diikuti oleh pengujian MA100.
Lingkungan pasar seperti ini bisa sangat sulit untuk diperdagangkan, sehingga strategi masuk dan keluar cepat (quick entry and exit) seringkali lebih disukai. Untuk saat ini, mengklaim kembali level $100.000 tampaknya menjadi kunci krusial agar tren naik jangka panjang dapat berlanjut. Jika level ini berhasil dipertahankan, sentimen pasar kemungkinan besar akan bergeser, memberikan dorongan bagi para bull untuk kembali mengendalikan pasar. Investor di Indonesia disarankan untuk selalu berhati-hati dan melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan investasi di pasar kripto yang bergejolak ini.