Analisis Volatilitas Bitcoin: Squeeze BTC & Peluang Investor
Key Points
- Volatilitas tinggi Bitcoin pada 17 Desember 2025 menyebabkan "short squeeze" dan "long squeeze" berurutan.
- Kenaikan harga mendadak sebesar $3.300 melikuidasi $106 juta posisi short dalam 30 menit.
- Penurunan harga setelahnya sebesar $3.400 melikuidasi $52 juta posisi long dalam 45 menit.
- Peristiwa ini menimbulkan kerugian hampir $400 juta dalam 24 jam, mayoritas dalam rentang waktu singkat.
- Analisis menunjukkan kemungkinan manipulasi pasar dan dampak algoritma perdagangan yang terkait dengan pembukaan pasar saham AS.
- Penting bagi investor di Indonesia untuk memahami risiko likuidasi dan strategi manajemen risiko di pasar kripto yang volatil.
Pasar kripto selalu dikenal dengan dinamikanya yang cepat dan seringkali tak terduga. Salah satu peristiwa terbaru yang mencuri perhatian adalah lonjakan volatilitas ekstrem pada harga Bitcoin (BTC) di tanggal 17 Desember. Dalam satu sesi perdagangan, Bitcoin secara mengejutkan memicu fenomena short squeeze dan long squeeze secara berurutan, menyebabkan pergerakan harga yang brutal dan kerugian signifikan bagi banyak investor. Artikel ini akan mengulas secara mendalam apa yang terjadi, mengapa peristiwa ini bisa terjadi, dan bagaimana implikasinya bagi para investor, khususnya di Indonesia.
Memahami Volatilitas dan Squeeze di Pasar Kripto
Volatilitas adalah karakteristik inheren dari aset kripto seperti Bitcoin. Fluktuasi harga yang tajam dalam waktu singkat sering terjadi, didorong oleh berbagai faktor mulai dari sentimen pasar, berita, regulasi, hingga aktivitas paus (investor besar). Namun, peristiwa 17 Desember lalu menunjukkan level volatilitas yang ekstrem, di mana harga bergerak ribuan dolar dalam hitungan menit, bukan jam.
Dalam konteks perdagangan berjangka atau berizin (futures trading), dua istilah penting yang perlu dipahami adalah short squeeze dan long squeeze. Short squeeze terjadi ketika harga aset tiba-tiba naik tajam, memaksa pedagang yang memegang posisi "short" (bertaruh harga akan turun) untuk membeli aset tersebut guna membatasi kerugian mereka. Pembelian massal ini semakin mendorong harga naik, menciptakan efek berantai. Sebaliknya, long squeeze terjadi ketika harga aset anjlok secara mendadak, memaksa pedagang yang memegang posisi "long" (bertaruh harga akan naik) untuk menjual aset mereka guna menghindari kerugian lebih lanjut, yang justru mempercepat penurunan harga.
Insiden 17 Desember: Squeeze Ganda yang Mengguncang
Pada tanggal 17 Desember, pasar Bitcoin menyaksikan rentang waktu dua jam yang sangat kacau. Pergerakan dimulai dengan reli cepat, di mana Bitcoin melesat sekitar $3.300 hanya dalam waktu 30 menit. Lonjakan ini memicu likuidasi sekitar $106 juta posisi short. Para analis seperti Bull Theory menggambarkan peristiwa ini sebagai short squeeze yang terjadi dalam buku teks, menyoroti kecepatan dan skala pergerakan harga yang luar biasa.
Namun, kekuatan kenaikan itu tidak bertahan lama. Dalam 45 menit berikutnya, Bitcoin mengembalikan hampir semua keuntungan yang didapat. Harga anjlok sekitar $3.400, memicu likuidasi sekitar $52 juta posisi long. Bull Theory menyebut pembalikan ini sebagai pergeseran cepat menuju long squeeze, yang menunjukkan betapa cepatnya sentimen pasar dapat berbalik. DEGEN NEWS juga menggambarkan kejadian ini sebagai "dua lilin jam yang sangat volatil secara berurutan," menekankan keanehan ayunan harga yang terjadi secara beruntun.
Beberapa pengamat pasar, seperti ZeroHedge, menghubungkan pergerakan ini dengan pola yang mereka sebut "10 am slam algo," merujuk pada algoritma perdagangan yang cenderung muncul sekitar pukul 10:00 pagi Waktu Standar Timur (EST). Waktu ini bertepatan dengan pembukaan pasar saham AS, dan seringkali menjadi titik di mana pergerakan tajam Bitcoin cenderung muncul. Ini mengindikasikan adanya korelasi atau setidaknya pengaruh dari pasar keuangan tradisional terhadap dinamika pasar kripto, dan juga potensi adanya manipulasi pasar melalui algoritma perdagangan yang canggih.
Dampak Likuidasi dan Pelajaran bagi Investor di Indonesia
Gelombang volatilitas terbaru ini menghantam para pedagang dengan sangat keras. Dalam 24 jam, lebih dari 120.000 posisi terlikuidasi, dengan total kerugian mencapai hampir $400 juta. Sebagian besar kerugian ini terjadi dalam waktu singkat; lebih dari $340 juta likuidasi terjadi hanya dalam 12 jam terakhir, dan sekitar $310 juta di antaranya terjadi dalam rentang empat jam.
Secara spesifik untuk Bitcoin, likuidasi mencapai sekitar $108 juta selama empat jam, dengan $75 juta berasal dari posisi short dan $32 juta dari posisi long. Data dari CoinGlass mengonfirmasi angka-angka ini. Sementara itu, Ethereum juga mengalami likuidasi dalam skala serupa, namun dengan struktur yang berbeda, di mana sebagian besar kerugian di ETH berasal dari posisi long, menunjukkan adanya long squeeze yang lebih jelas di pasar Ethereum.
Bagi investor di Indonesia, peristiwa ini menjadi pengingat penting akan risiko inheren dalam perdagangan kripto, terutama di pasar berjangka yang menggunakan leverage. Volatilitas ekstrem dan potensi likuidasi dapat mengikis modal dengan sangat cepat. Oleh karena itu, penting untuk selalu menerapkan manajemen risiko yang ketat, seperti menggunakan perintah stop-loss, tidak menggunakan leverage yang berlebihan, dan hanya menginvestasikan dana yang siap untuk hilang. Memahami dinamika pasar, termasuk potensi pengaruh dari pembukaan pasar global dan aktivitas algoritma, juga krusial untuk membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan terinformasi. Pendekatan jangka panjang seringkali lebih aman dibandingkan upaya mengejar keuntungan cepat di pasar yang sangat fluktuatif ini.
Kesimpulan
Peristiwa short squeeze dan long squeeze berurutan pada Bitcoin tanggal 17 Desember adalah bukti nyata betapa brutalnya pasar kripto dapat bertindak. Meskipun mungkin didorong oleh manipulasi atau algoritma perdagangan, kejadian ini menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dan strategi yang matang bagi para investor. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang volatilitas, risiko likuidasi, dan bagaimana peristiwa semacam ini terjadi, investor di Indonesia dapat membekali diri untuk menghadapi tantangan pasar kripto yang selalu berubah dan penuh kejutan.